
Ekspor-Impor RI Diramal Naik Tinggi, Rupiah Siap Menguat Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,08% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.200/US$ di awal pekan kemarin. Sementara pada perdagangan hari ini, Selasa (15/6/2021) peluang rupiah memukul balik dolar AS cukup besar.
Perhatian masih tertuju pada pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) Kamis dini hari nanti. Selain itu pada hari ini, data neraca dagang Indonesia bisa memberikan dampak yang signifikan ke pergerakan rupiah.
Belakangan ini, data ekonomi Indonesia menunjukkan sinyal akan lepas dari resesi di kuartal ini. Data neraca dagang bisa jadi memperkuat sinyal tersebut, sebab berdasarkan polling Reuters, impor diprediksi meroket 65% di bulan Mei dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Sementara itu konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor melesat 68,18% YoY. Kalau kejadian, maka ini adalah yang tertinggi sejak Oktober 2008.
Lonjakan impor bukan berarti hal yang buruk. Memang impor merupakan pengurang dari produk domestik bruto (PDB), tetapi impor Indonesia didominasi oleh bahan baku/penolong dan barang modal, yang digunakan untuk kepentingan industri dalam negeri. Artinya, saat impor naik maka industri di dalam negeri kembali menggeliat.
Sementara ekspor Indonesia diprediksi melesat 57,49% YoY, berdasarkan polling Reuters. Konsensus CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 56,145% YoY. Kenaikan ekspor menjadi indikasi perekonomian global yang mulai pulih.
Untuk neraca dagang, polling Reuters memperkirakan surplus sebesar US$ 2,3 miliar, sementara konsensus CNBC Indonesia sebesar US$ 2,13 miliar.
Sejauh ini, data perdagangan terus membawa kabar gembira. Surplus neraca perdagangan yang terus terjadi selama lebih dari setahun terakhir menandakan pasokan devisa dari sisi perdagangan tetap memadai. Ini bisa menjadi modal untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, rupiah yang disimbolkan USD/IDR mampu bertahan di bawah rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.280 hingga Rp 14.300/US$. Artinya, rupiah kini bergerak di bawah tiga MA, yakni MA 50, 100, dan 200, yang artinya momentum penguatan yang lebih besar.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.155/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang ke Rp 14.100/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawa rupiah menuju Rp 14.000/US$ di pekan ini.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak turun dan belum mencapai wilayah oversold.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic saat ini berada di kisaran 37, masih jauh dari wilayah oversold, sehingga ruang penguatan cukup besar.
Area Rp 14.230/US$ kini menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju MA 100. Penembusan konsisten di atas MA 100 tersebut akan membuat rupiah tertekan di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
