Jreng! Fenomena Apa Ini? Investor Lepas Bitcoin & Borong Emas

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 June 2021 11:40
This photo taken Wednesday, March 4, 2015 shows a 10 dinar gold coin from Morocco's Almohad Dynasty on exhibit at the Mohammed VI Museum of Modern and Contemporary art in Rabat, Morocco. The
Foto: Koin Dinar (AP/Paul Schemm)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi asal Wall Street J.P. Morgan mengatakan sejak bulan Mei lalu banyak investor terutama institusi yang beralih dari Bitcoin kembali ke emas. Inilah yang menyebabkan harga emas reli dan aset cryptocurrency Bitcoin ambles.

Dalam sebulan terakhir harga emas cenderung uptrend dari US$ 1.837 dan sempat menyentuh US$ 1.900 meskipun mengalami koreksi sebesar 1% pada perdagangan kemarin akibat profit taking yang membuatnya turun ke US$ 1.876. 

Berbanding terbalik dengan emas, harga aset token digital besutan Satoshi Nakmoto itu malah ambles dari kisaran US$ 56.000 menjadi ke bawah US$ 40.000. Aksi jual Bitcoin di bursa berjangka membuatnya tertekan. Sementara aksi borong emas mendorong harga emas naik lebih tinggi. 

Emas vs BTC

Apabila dilihat trennya, sejak bulan September tahun lalu terjadi outflow dari aset emas sementara ada inflow ke aset Bitcoin. Hal ini menjelaskan mengapa harga emas terpuruk dan Bitcoin malah naik fantastis.

Sekarang kondisi sudah berubah. Harga cryptocurrency yang dinilai sudah terlampau mahal dengan berbagai sentimen negatif yang membayangi membuat investor banyak yang menjual Bitcoin dan beralih ke aset yang jauh lebih aman yakni emas.

Kondisi makroekonomi saat ini juga cenderung mendukung emas untuk reli. Kebijakan moneter masih akomodatif. Namun inflasi sudah merangkak naik. Sejak bulan April 2021, inflasi di AS tembus level tertinggi dalam satu dekade yakni 4,2% (yoy). Inflasi di bulan Mei lebih tinggi lagi karena menyentuh level 5% (yoy). 

Menurut EB Tucker selaku direktur di Metalla Royalty dalam wawancara dengan Kitco News, pemerintah memang menginginkan inflasi yang lebih tinggi sehingga kebijakan diarahkan ke sana. Salah satunya adalah dengan memberikan stimulus.

Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif membuat uang yang masuk ke perekonomian riil meningkat. Likuiditas yang berlimpah dibarengi dengan pembukaan ekonomi yang gradual membuat konsumen yang tadinya menyimpan uang di bank mulai berbelanja.

Peningkatan permintaan membuat korporasi dan sektor usaha kembali bergeliat dan mulai berpikir untuk ekspansi. Dibukanya kembali ekonomi dari penguncian ketat membuat roda perekonomian melaju lebih kencang. Inflasi adalah salah satu konsekuensinya selain dibantu oleh fenomena low base effect.

Inflasi adalah hal yang bagus untuk emas. Ketika inflasi yang tinggi terjadi artinya nilai dolar AS terhadap barang dan jasa melemah. Daya beli dolar turun. Devaluasi mata uang membuat kekayaan pelaku ekonomi menjadi tergerus.

Tentu saja tak ada yang ingin kekayaannya berkurang karena inflasi. Maka dari itu banyak yang mencari aset-aset untuk lindung nilai (hedging) dari inflasi. Emas berbeda dengan mata uang fiat yang selama ini peredaran dan 'harganya' diatur oleh bank sentral lewat suku bunga.

Suplai emas cenderung terbatas dan konsisten. Keterbatasannya relatif terhadap mata uang fiat secara nilai historisnya sebagai mata uang zaman dulu membuat emas menjadi salah satu aset yang digunakan untuk hedging dari inflasi. Sebab itulah emas diburu.

Namun inflasi yang tinggi tentu saja tak akan dibiarkan oleh pemerintah dan bank sentral karena hanya akan menimbulkan instabilitas. Bak suhu tubuh manusia, inflasi harus dijaga di level tertentu agar perekonomian tetap bisa tumbuh dan stabil.

Tapering akan cenderung menyedot likuiditas yang berlebih di perekonomian. Tujuannya adalah untuk menjaga inflasi tetap di kisaran target. Dampak dari tapering jika berkaca pada periode sebelumnya pasca krisis keuangan global 2008 adalah penguatan dolar AS.

Pelaku pasar mulai khawatir dengan adanya kenaikan inflasi ini yang juga dibarengi dengan perbaikan indikator perekonomian bakal membuat bank sentral AS The Fed mulai mengurangi porsi stimulusnya atau lebih dikenal dengan tapering. 

Menguatnya greenback bukan menjadi kabar bagus untuk emas karena korelasi kedua aset ini cenderung berbanding terbalik. Ketika dolar AS melemah, emas cenderung menguat begitu juga sebaliknya. 

Kala itu emas mencapai level tertingginya pada 2011. Namun setelah tapering diumumkan, harga emas cenderung downtrend. Emas pun sampai kehilangan nilainya relatif terhadap dolar AS sebesar 45%.

Apakah hal tersebut akan terjadi lagi. Kemungkinan besar iya. Namun sangat tergantung pada kapan The Fed akan mulai menginisiasi pengetatan moneternya.


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Borong Bitcoin, JPMorgan Ungkap Fakta Investor Lari dari Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular