Mayoritas Bursa Asia Melemah, Indeks Shanghai & IHSG Selamat!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
09 June 2021 17:03
Investors look at computer screens showing stock information at a brokerage house in Shanghai, China September 7, 2018. REUTERS/Aly Song
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia -  pada perdagangan Rabu (9/6/2021), karena investor cenderung berhati-hati jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) besok, walaupun pada hari ini inflasi China mengalami kenaikan.

Dari indeks saham utama Asia, hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup di zona hijau pada hari ini, yakni menguat 0,32% ke level 3.591,40.

Sedangkan pasar saham dalam negeri, yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berhasil berakhir melesat 0,8% ke posisi 6.047,47.

Sementara untuk indeks saham utama lainnya ditutup melemah pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,35% ke 28.860,80, Hang Seng Hong Kong turun 0,13% ke 28.742,63, Straits Times Singapura terkoreksi 0,43%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,97% ke 3.216,18.

Inflasi China yang ditunjukan pada indeks harga konsumen (IHK) China pada Mei 2021 tercatat naik menjadi 1,3% secara tahunan (year-on-year/YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 di level 0,9%.

Secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), IHK Negeri Panda pada Mei juga naik walaupun masih berada di zona negatif, yakni ke level -0,2%, dari sebelumnya pada April lalu di level -0,3%.

Selain itu, data indeks harga produsen (producer price index/PPI) China juga tercatat naik. PPI China pada Mei 2021 naik ke level 9% (YoY), dari sebelumnya pada Mei 2020 di level 6,8%.

PPI China dan mencetak rekor terbarunya selama setahun terakhir karena adanya dorongang dari lonjakan harga komoditas baru-baru ini.

"Meskipun PPI China kemungkinan akan segera mencapai puncaknya, namun kekhawatiran pelaku pasar tetap akan terjadi," kata Nie Wen, ekonom di Hwabao Trust, dikutip dari Reuters pada Rabu (9/6/2021).

Sementara itu, otoritas komoditas China mengatakan pada hari ini bahwa pihaknya akan meningkatkan pemantauan harga komoditas dan pengawasan pasar komoditas untuk menjaga ketertiban di pasar.

Pelemahan pasar saham Asia hari ini merefleksikan kehati-hatian pelaku pasar jelang rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS), yang bakal menentukan arah kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Data inflasi AS yang ditunjukkan pada IHK AS periode Mei diperkirakan naik 4,7% secara tahunan, menurut polling ekonom oleh Dow Jones. Pada April, inflasi menguat 4,2% menjadi laju yang tercepat sejak 2008.

The Fed sebelumnya telah memperkirakan bahwa kenaikan inflasi tidak akan terjadi secara permanen, karena hanya ditopang oleh stimulus.

Di sisi lain, Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 5,6% atau membaik jika dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang dikeluarkan pada Januari sebesar 4%.

Namun, lembaga tersebut memperkirakan produksi barang dan jasa akan lebih rendah dari level sebelum pandemi, dengan selisih sebesar 2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular