
Isu Taper Tantrum Kalahkan "Pede" Konsumen RI, Rupiah Mager!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah bergerak agak liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (9/6/2021). Tetapi di akhir perdagangan, Mata Uang Garuda stagnan. Isu taper tantrum masih "menghantui" pelaku pasar, mengalah kan data yang menunjukkan konsumen Indonesia yang semakin pede.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.250/US$. Sempat menguat 0,11% kr Rp 14.235/US$, rupiah kemudian berbalik melemah 0,14%.
Di akhir perdagangan, rupiah berada di Rp 14.250/US$ pasar spot, sama persis dengan posisi penutupan kemarin.
Sementara itu, isu tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tampaknya belum sepenuhnya meredup.
CNBC International melaporkan The Fed kemungkinan sudah mulai mendiskusikan tapering di bulan ini atau bulan depan. Meski demikian, pengumuman kapan tapering akan dilakukan baru akan dilakukan pada bulan September atau November. Dan tapering pertama akan dilakukan pada Desember tahun ini atau Januari tahun depan.
Besok pemerintah AS akan merilis data inflasi yang menjadi salah satu acuan The Fed dalam memutuskan tapering. Sehingga pelaku pasar akan berhati-hati menjelang rilis data tersebut.
Tapering pernah terjadi pada tahun 2013 lalu yang memicu gejolak di pasar finansial global atau yang disebut taper tantrum. The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke, mengeluarkan wacana tapering QE yang dilakukan sejak krisis finansial global 2008. Saat wacana tapering muncul dolar AS menjadi begitu perkasa. Rupiah saat itu menjadi korban taper tantrum, mengalami pelemahan hingga 50% sejak pertengahan Mei 2013 hingga akhir 2015.
Sehingga jika wacana tapering kembali muncul ada risiko dolar AS akan "mengamuk" sebab kondisinya sama dengan 2013.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Konsumen Makin Pede, RI Bisa Lepas Resesi
