Isu Taper Tantrum Kalahkan "Pede" Konsumen RI, Rupiah Mager!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 June 2021 16:25
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah bergerak agak liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (9/6/2021). Tetapi di akhir perdagangan, Mata Uang Garuda stagnan. Isu taper tantrum masih "menghantui" pelaku pasar, mengalah kan data yang menunjukkan konsumen Indonesia yang semakin pede.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.250/US$. Sempat menguat 0,11% kr Rp 14.235/US$, rupiah kemudian berbalik melemah 0,14%.
Di akhir perdagangan, rupiah berada di Rp 14.250/US$ pasar spot, sama persis dengan posisi penutupan kemarin.

Sementara itu, isu tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tampaknya belum sepenuhnya meredup.

CNBC International melaporkan The Fed kemungkinan sudah mulai mendiskusikan tapering di bulan ini atau bulan depan. Meski demikian, pengumuman kapan tapering akan dilakukan baru akan dilakukan pada bulan September atau November. Dan tapering pertama akan dilakukan pada Desember tahun ini atau Januari tahun depan.

Besok pemerintah AS akan merilis data inflasi yang menjadi salah satu acuan The Fed dalam memutuskan tapering. Sehingga pelaku pasar akan berhati-hati menjelang rilis data tersebut.

Tapering pernah terjadi pada tahun 2013 lalu yang memicu gejolak di pasar finansial global atau yang disebut taper tantrum. The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke, mengeluarkan wacana tapering QE yang dilakukan sejak krisis finansial global 2008. Saat wacana tapering muncul dolar AS menjadi begitu perkasa. Rupiah saat itu menjadi korban taper tantrum, mengalami pelemahan hingga 50% sejak pertengahan Mei 2013 hingga akhir 2015.

Sehingga jika wacana tapering kembali muncul ada risiko dolar AS akan "mengamuk" sebab kondisinya sama dengan 2013. 

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Konsumen Makin Pede, RI Bisa Lepas Resesi

Data yang dirilis dari dalam negeri menunjukkan konsumen semakin percaya diri melihat perekonomian saat ini dan beberapa bulan ke depan. Ini terlihat dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Jika di atas 100, maka artinya konsumen optimistis memandang perekonomian baik saat ini hingga enam bulan mendatang.
"Keyakinan konsumen terpantau membaik pada sebagian besar kategori tingkat pengeluaran, tingkat pendidikan, dan kelompok usia responden. Secara spasial, keyakinan konsumen membaik di enam kota yang disurvei, tertinggi di kota Medan, diikuti oleh Surabaya dan Manado," sebut keterangan tertulis BI, Rabu (9/6/2021).

Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi, yang semakin menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini.

Sebelumnya pada Rabu (2/6/2021) lalu, IHS Markit merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Data menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, melesat dibandingkan bulan sebelumnya 54,6.

PMI manufaktur di bulan April tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa, artinya di bulan Mei rekor tersebut pecah lagi.

Ada kabar baik lain yaitu lapangan kerja mulai semakin tercipta. Dunia usaha akhirnya melakukan ekspansi tenaga kerja untuk kali pertama dalam 15 bulan terakhir untuk memenuhi peningkatan produksi.

Terus meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular