
Alert IHSG! Jelang Rilis IHK China, Bursa Asia Dibuka Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Asia dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (9/6/2021), jelang rilis data inflasi China pada periode Mei 2021.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,19%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi tipis 0,08%, Shanghai Composite China turun tipis 0,06%, Straits Times Singapura terdepresiasi 0,11%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,11%.
Data inflasi China yang tercermin pada indeks harga konsumen (IHK) periode Mei 2021 akan dirilis pada pukul 09:30 waktu setempat atau pukul 08:30 WIB.
Sementara itu, Bank Dunia (World Bank) pada Selasa (8/6/2021) kemarin menaikkan proyeksi pertumbuhannya, di mana ekonomi global diperkirakan akan tumbuh 5,6% pada tahun 2021, dari sebelumnya yang dikeluarkan pada Januari lalu untuk ekspansi ekonomi global sebesar 4% pada tahun 2021.
Namun, Bank Dunia tetap memperingatkan dalam siaran persnya bahwa output global akan tumbuh sekitar 2% di bawah proyeksi pra-pandemi pada akhir tahun ini terlepas dari pemulihan.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Selasa waktu setempat, seiring kurangnya katalis pasar yang membuat investor institusional cenderung menunggu sentimen selanjutnya, sementara investor ritel terus mengoleksi saham-saham meme.
Indeks Dow Jones terkoreksi 0,09% ke 34.599,82, sementara indeks yang berisi 500 saham emiten raksasa, S&P 500 cenderung flat dengan naik tipis 0,02% ke 4.227,24. Kemudian, indeks yang sarat akan saham teknologi, Nasdaq, naik 0,31% ke Rp 13.924,91.
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS dan Federasi Nasional Bisnis Independen tampaknya mengkonfirmasi kekurangan tenaga kerja bahkan ketika permintaan bangkit kembali.
Meningkatnya lowongan pekerjaan dan angka pengunduran diri karyawan secara sukarela dapat menekan perusahaan untuk menaikkan upah. Kenaikan upah bisa menjadi pertanda awal inflasi yang lebih tinggi.
Lowongan pekerjaan pada bulan April melonjak 998 ribu ke rekor tertinggi baru, yakni sebesar 9,3 juta seiring adanya pemulihan ekonomi. Ini merupakan level tertinggi sejak Desember 2000.
Laporan tersebut juga menunjukkan 384.000 orang mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaan mereka pada bulan April.
Pelaku pasar masih akan menunggu rilis data indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) per Mei pada Kamis besok (10/6/2021) untuk melihat lebih lanjut mengenai perkembangan inflasi AS, dan bagaimana data inflasi bisa mempengaruhi keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mengetatkan kebijakan moneternya.
"Kita sedang menunggu angka inflasi, menunggu lebih banyak dari (Federal Reserve), menunggu musim pendapatan." Ia melanjutkan, "Tidak banyak yang memotivasi pasar hari ini."
Ekonom memprediksi CPI naik 4,7% secara tahunan. Pada bulan April lalu, CPI meningkat 4,2% secara tahunan, yang merupakan kenaikan tercepat sejak 2008.
Selanjutnya, semua mata akan tertuju pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) The Fed berikutnya yang dijadwalkan pada 15 dan 16 Juni.
Ini lantaran investor menunggu pernyataan pejabat bank sentral tentang inflasi dan kebijakan moneter bank sentral. Pernyataan teranyar oleh pejabat menunjukkan The Fed mulai bersiap mengurangi pembelian asetnya (tapering off).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
