Analisis Teknikal

'Hantu' Tapering Belum Pergi, Apa Rupiah Bisa Menguat Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 June 2021 08:18
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa (Cadev) Indonesia yang turun ke level terendah di tahun ini, tetap rupiah masih mampu menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.250/US$ pada perdagangan kemarin. Artinya, momentum penguatan rupiah cukup besar.

Namun, pada perdagangan Selasa (9/6/2021) ada risiko rupiah berbalik melemah, sebab pelaku pasar sedang menanti rilis data inflasi AS.

Cadangan devisa per akhir April sebesar US$ 138,8 miliar yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Sementara pada Selasa (8/6/2021) Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa akhir Mei sebesar US$ 136,4 miliar, turun US$ 2,4 miliar. Posisi tersebut menjadi yang terendah sepanjang tahun ini.

Penurunan Cadev di bulan Mei juga menjadi yang terbesar sejak Maret tahun lalu, saat penyakit virus corona (Covid-19) dinyatakan sebagai pandemi. Cadangan devisa saat itu tergerus hingga US$ 9,4 miliar, sebabnya rupiah saat itu terpuruk hingga menyentuh level terlemah sejak 1998, sehingga kebutuhan intervensi untuk menstabilkan Mata Uang Garuda menjadi besar.

Sementara itu, Isu tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tampaknya belum sepenuhnya meredup.

CNBC International melaporkan The Fed kemungkinan sudah mulai mendiskusikan tapering di bulan ini atau bulan depan. Meski demikian, pengumuman kapan tapering akan dilakukan baru akan dilakukan pada bulan September atau November. Dan tapering pertama akan dilakukan pada Desember tahun ini atau Januari tahun depan.

Besok pemerintah AS akan merilis data inflasi yang menjadi salah satu acuan The Fed dalam memutuskan tapering. Sehingga pelaku pasar akan berhati-hati menjelang rilis data tersebut, yang membuat rupiah perlu usaha keras untuk bisa menguat lagi.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR mampu bertahan di bawah rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.270 hingga Rp 14.280/US$. Artinya, rupiah kini bergerak di bawah tiga MA, yakni MA 50, 100, dan 200, yang artinya momentum penguatan yang lebih besar.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.240/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang ke Rp 14.200/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski berada di posisi netral.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic saat ini berada di kisaran 53, masih jauh dari wilayah overbought maupun oversold.

Area Rp 14.280/US$ kini menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.300. Resisten selanjutnya berada di MA 200, di kisaran Rp 14.330 hingga Rp 14.340/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular