
Hati-hati! IHSG Bisa Lanjut Longsor di Sesi II

Jakarta,CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan depresiasi 0,74% ke level 6.025,25 pada penutupan perdagangan sesi pertama perdagangan awal pekan Senin (7/6/21).
Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 6,4 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 228 miliar di pasar reguler. Tercatat 148 saham terapresiasi, 341 terkoreksi, sisanya 148 stagnan.
Cadangan devisa Indonesia turun lumayan signifikan pada Mei 2021 dibandingkan sebelumnya. Ini membuat cadangan devisa tidak lagi berada di posisi tertinggi sepanjang masa.
Pada Selasa (8/6/2021), Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia per akhir Mei adalah US$ 136,39 miliar. Turun US$ 2,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Pada April, cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 138,79 miliar. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Meskipun demikian Bank Indonesia (BI) mengaku masih cukup optimistis prospek cadangan devisa Indonesia masih cerah. Hingga akhir tahun, otoritas moneter yakin cadangan devisa berada di US$ 141 miliar.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Hariyadi Ramelanmengemukakan prospek cadangan devisa masih akan didukung dari surplus neraca perdagangan, meningkatnya volume perdagangan dan harga komoditas global.
"Mudah-mudahan saya yakin Insya Allah target US$ 141 miliar tercapai lebih cepat," kataHariyadidalam Squawk BoxCNBCIndonesia, Selasa (8/6/2021).
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terdepresiasi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.100. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.995.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 49 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh jual akan RSI terkonsolidasi turun yang menunjukkan indeks berpotensi lanjut melemah.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas bawah dan kembali melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsolidasi turun.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi