
Mayoritas Bursa Asia Positif, kok Shanghai Loyo Sendirian?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia kembali dibuka di zona hijau pada perdagangan Selasa (8/6/2021), karena investor merespons positif dari rilis data pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal pertama tahun 2021 versi final.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,14%, Hang Seng Hong Kong tumbuh 0,17%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,16%, dan KOSPI Korea Selatan naik 0,1%.
Sementara untuk indeks Shanghai Composite China dibuka melemah 0,23% pada pagi hari ini.
Berdasarkan data dari Trading Economics dan otoritas setempat, pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal I-2021 versi final yang tercermin pada produk domestik bruto (PDB) kembali menyusut sebesar 3,9% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Angka ini tentunya jauh lebih rendah dengan PDB kuartal I-2020 yang saat itu sebesar 11,7%. Angka ini juga masih lebih baik dari perkiraan awal oleh Reuters, di mana PDB Jepang berkontraksisebesar 5,1%, kemudian direvisi menjadi 4,8%.
Reuters merevisi perkiraan produk domestik bruto (PDB) Jepang pada kuartal I-2021 dari sebelumnya berkontraksi 5,1% menjadi kontraksi 4,8% (YoY).
Sementara secara kuartalanĀ (quarter-to-quarter/QtQ), PDB Jepang pada kuartal I-2021 juga kembali berkontraksi sebesar 1%, dari sebelumnya pada kuartal IV-2020 yang tumbuh sebesar 2,8% (QtQ).
Masih berkontraksinya ekonomi Jepang pada kuartal I-2021 disebabkan karena kasus infeksi virus corona (Covid-19) yang kembali menjangkiti Negara Sakura tersebut dari Maret lalu hingga kini.
Jepang sejauh ini mencatatkan angka infeksi wabah Covid-19 yang lebih kecil daripada banyak negara, dengan melaporkan 753 ribu kasus dan sekitar 13 ribu kematian. Sekitar tiga persen dari populasi telah divaksinasi lengkap.
Namun akhir-akhir ini kekhawatiran muncul setelah virus corona varian Eek atau E484K mulai merambah di beberapa kota besar seperti Tokyo dan Osaka. Akibatnya beberapa fasilitas kesehatan juga melaporkan angka penambahan pasien Covid-19 yang cukup banyak.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), Bursa Wall Street AS ditutup beragam seiring investor menunggu berita tentang tarif pajak perusahaan minimum global, kekhawatiran soal inflasi, dan kurangnya katalis penggerak pasar pada Senin.
Indeks S&P 500 terkoreksi tipis 0,08% menjadi 4.226,52. Dow Jones turun 126,15 poin, atau 0,36%, menjadi 34.630,24. Berbeda, indeks yang banyak berisi saham-saham teknologi, Nasdaq, menguat 0,49% ke posisi 13,881,72.
"Secara tematis, kita sudah selesai dengan [rilis] pendapatan, jadi Anda memiliki jeda di antara pendapatan ketika apa yang mendorong pasar adalah poin data ekonomi," kata Joseph Sroka, kepala investasi di NovaPoint di Atlanta kepada Reuters.
Sroka menambahkan, sentimen yang akan dicermati pelaku pasar selama sepekan ini ialah soal laporan data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis (10/6/2021) mendatang. Para pelaku pasar tampaknya masih silang pendapat soal apakah inflasi bakal bersifat sementara atau berlangsung lebih lama.
Pada bulan April indeks harga konsumen (CPI) AS naik 4,2% dari tahun sebelumnya, menjadi kenaikan tercepat sejak 2008. Jika harga terus naik, hal itu dapat menyebabkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali memberlakukan pengetatan kebijakan moneternya.
Selain soal inflasi, pada Sabtu pekan lalu, negara kaya-raya yang tergabung ke dalam G-7 sepakat untuk mendukung tarif pajak perusahaan global minimum setidaknya 15%. Kesepakatan soal pajak ini bertujuan untuk menyerok banyak uang dari perusahaan multinasional seperti Amazon dan Google.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan ini merupakan "komitmen yang signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya".
Selain itu, Anggota parlemen di Washington sedang berfokus pada upaya untuk menyusun paket pengeluaran infrastruktur. Anggota parlemen dari partai Demokrat sedang bersiap untuk memulai proses pemungutan suara untuk RUU infrastruktur pada Rabu (9/6/2021) di DPR AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
