
Kisah Utang Garuda Bengkak dari Rp 20 T Menjadi Rp 70 T

Saat ini perusahaan, bersama dengan kementerian tengah berupaya untuk melakukan restrukturisasi utang-utang tersebut yang sifatnya fundamental, utang Garuda yang mencapai US$ 4,5 miliar atau setara Rp 64 triliun (kurs Rp 14.300/US$) itu harus diturunkan di kisaran US$ 1-1,5 miliar atau kisaran Rp 14,3-21,45 triliun.
"Secara sederhana EBITDA [laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi] Garuda sekitar US$ 200-250 juta, secara kondisi keuangan yang normal, itu [utang] maksimum rasionya 6 kali [dari EBITDA], jadi US$ 250 dikali 6, maka sekitar US$ 1,5 miliar, kalau di atas itu [utang] maka Garuda gak akan bisa going concern karena tak akan bisa membayar utang-utangnya," lanjutnya.
Kementerian secara intensif berbicara dengan manajemen, termasuk kepada pemegang saham minoritas, juga Kementerian Keuangan soal bagaimana proses restrukturisasi Garuda ke depan harus mampu mengurangi utang-utangnya.
"Apabila Garuda bisa melakukan restrukturisasi secara massal dengan seluruh lender, lessor [penyewa pesawat], dan pemegang sukuk global, dan juga melakukan cost reduction [pengurangan biaya], harapannya cost bisa menurun 50% atau lebih, maka Garuda bisa survive pascarestrukturisasi," ungkapnya.
Bahkan kementerian sudah menunjuk konsultan hukum dan keuangan untuk memulai proses restrukturisasi Garuda. Selain itu memang segera dilakukan moratorium utang atau standstill agreement (menghentikan sementara pembayaran bunga) dalam waktu dekat ini.
"Karena tanpa moratorium, cash Garuda akan habis dalam waktu pendek sekali, ini yang akan kami tangani segera," imbuh dia.
"Apabila Garuda bisa melakukan restrukturisasi secara massal dengan seluruh lender, lessor, dan pemegang sukuk global, dan juga melakukan cost reduction [pengurangan biaya], harapannya cost bisa menurun 50% atau lebih, maka Garuda bisa survive pascarestukturisasi.."
Dia mengatakan, diharapkan dalam 270 hari setelah dilakukan moratorium utang maka bisa dilakukan restrukturisasi.
[Gambas:Video CNBC]