
Bursa Asia Cemas Soal Tapering, Mayoritas Keok Kecuali China

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia berakhir di zona merah pada perdagangan akhir pekan Jumat (4/6/2021), di tengah kekhawatiran investor atas inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dan Isu tapering (pengurangan stimulus bank sentral AS) yang kembali muncul.
Hanya indeks Shanghai Composite China saja yang berakhir di zona hijau pada perdagangan akhir pekan ini, di mana indeks bursa saham acuan Negeri Panda tersebut ditutup menguat 0,21% ke level 3.591,84.
Sementara sisanya berakhir di zona merah pada hari ini, di mana indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,4% ke posisi 28.941,52, Hang Seng Hong Kong finish turun 0,17% ke 28.918,10, Straits Times Singapura terkoreksi 0,5% ke 3.149,31, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,23% ke 3.240,08, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,43% ke 6.065,17.
Bursa saham Shanghai berhasil menguat berkat dorongan dari penguatan saham perbankan, menyusul proposal pemotongan bea materai Beijing, meskipun mereka membukukan kerugian mingguan di tengah kekhawatiran baru atas ketegangan AS-China.
"China telah mengusulkan pengurangan yang sesuai untuk bea materai", kata juru bicara Komisi Urusan Legislatif dari Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, ketegangan antara AS dengan China kembali memanas setelah Presiden AS, Joe Biden sedang menyiapkan instrumen baru untuk mengganjal beberapa perusahaan yang dianggap membantu militer China dalam mengembangkan kemampuannya.
Melansir Straits Times, Biden disebutkan akan memerintahkan Departemen Keuangan untuk membuat daftar perusahaan yang dapat menghadapi hukuman finansial karena koneksi perusahaan tersebut dengan sektor teknologi pertahanan China.
Kebijakan ini mengubah kebijakan pendahulu Biden, Donald Trump, mengenai daftar hitam yang diterapkan ke beberapa perusahaan China karena terkait dengan militer Negeri Panda.
Kebijakan ini juga tidak lagi dipakai karena investor khawatir dengan sejauh mana jangkauan daftar hitam ini mempengaruhi anak perusahaan yang dimasukkan ke daftar itu.
Sementara itu di India, bank sentral memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya di level rendah seperti yang diharapkan pelaku pasar sebelumnya dan mengumumkan pembelian obligasi di atas program pelonggaran kuantitatif saat ini.
Di lain sisi, pemerintah AS akan merilis data ketenagakerjaan pada Jumat hari ini waktu setempat. Sejauh ini ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan akan ada 671.000 tenaga kerja baru yang terserap pada Mei, atau naik dari penyerapan April sebanyak 266.000.
Kemarin, klaim tunjangan pengangguran AS sepekan lalu dilaporkan bertambah 385.000, atau lebih rendah dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 393.000.
Hal ini juga menjadi pertama kali klaim tunjangan pengangguran jatuh di bawah level psikologis 400.000 sejak di era pandemi.
Dari data ketenagakerjaan AS dan potensi inflasi AS yang meninggi inilah yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar Asia, terutama di negara emerging market, seperti Indonesia yang khawatir bahwa isu tapering bakal terjadi kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
