
Ekonomi Australia Moncer, tapi Dolarnya Keok Lawan Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (3/6/2021), padahal data-data dari Australia dirilis apik di pekan ini.
Melansir data dari Refinitiv, dolar Australia pagi ini melemah 0,33% ke Rp 11.068,84/AU$ di pasar spot.
Biro Statistik Australia pagi tadi melaporkan penjualan ritel di bulan April naik 1,1% sama dengan kenaikan bulan sebelumnya.
Selain itu, ekspor naik 3% di bulan April dari bulan sebelumnya, sebaliknya impor turun 3%. Alhasil, neraca dagang mencatat surplus AU$ 8,028 miliar, naik ketimbang bulan sebelumnya AU$ 5,794 miliar.
Sementara kemarin data menunjukkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 1,1% di kuartal I-2021 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Pertumbuhan tersebut nyaris 2 kali lipat lebih tinggi dari konsensus di Trading Economics sebesar 0,6% YoY. Pertumbuhan tersebut merupakan yang pertama setelah mengalami kontraksi (tumbuh negatif) dalam 3 kuartal beruntun.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi dua kuartal beruntun secara YoY. Artinya, di kuartal I-2021, dengan PDB yang tumbuh, Australia sudah lepas dari resesi.
Secara nominal, output perekonomian di kuartal I-2021 sebesar AU$ 525,7 miliar, naik dibandingkan tahun lalu sebesar AU$ 468,3 miliar.
Sementara itu secara kuartal (quarter-to-quarter/QtQ), PDB Australia tumbuh 1,8%, lebih tinggi dari konsensus di Trading Economics sebesar 1,5% QtQ.
Sementara rupiah sedang mendapat tenaga dari rilis data manufaktur dan inflasi.
Sebelum perdagangan kemarin dibuka, IHS Markit merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Data menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, melesat dibandingkan bulan sebelumnya 54,6.
PMI manufaktur di bulan April tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa, artinya di bulan Mei rekor tersebut pecah lagi.
Terus meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
