
Kinerja Bursa Asia Ditutup Tak Seragam, IHSG Moncer Sendiri

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Asia ditutup beragam pada perdagangan Rabu (2/6/2021), di tengah campur-aduknya sentimen di pasar global jelang pertemuan ekonomi internasional.
Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,46% ke level 28.946,14, KOSPI Korea Selatan naik tipis 0,07% ke 3.224,23, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melesat 1,41% ke 6.031,58.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong berakhir melemah 0,58% ke posisi 29.297,62, Shanghai Composite China terkoreksi 0,76% ke 3.597,14, dan Straits Times Singapura merosot 0,92% ke 3.157,90.
Bursa saham di Hong Kong dan China terkoreksi pada hari ini karena aksi jual investor di saham teknologi dan healthcare. Saham sektor healthcare sempat membentuk reli karena adanya dorongan oleh kebijakan tiga anak perusahaan di salah satu perusahaan healthcare baru-baru ini.
Namun sebenarnya, pelaku pasar saham di Hong Kong sebagian besar mengabaikan wabah virus corona (Covid-19) jenis baru yang kembali menyerang provinsi Guangdong, di mana provinsi tersebut merupakan wilayah yang paling padat penduduknya di China.
Sementara itu di Singapura, kasus aktif Covid-19 di Negeri Singa tersebut menjadi perhatian utama pelaku pasar, sehingga pasar sahamnya mengalami pelemahan.
Adapun untuk pasar saham Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia berhasil bertahan, bahkan melesat karena adanya dorongan sentimen positif.
Di Jepang, saham sektor perhotelan dan produsen mobil menjadi pendorong bursa saham, terutama indeks Nikkei. Saham sektor perhotelan menguat karena adanya dorongan vaksinasi yang membawa harapan pemulihan ekonomi dan pelonggaran aktivitas masyarakat.
Sementara saham produsen mobil mencapai level tertinggi baru karena permintaan global yang lebih kuat.
Di lain sisi, pemerintah Jepang pada pekan lalu resmi memperpanjang langkah-langkah pembatasan wilayah (lockdown) hingga akhir bulan ini, Namun investor melihat lebih jauh dengan tanda-tanda peningkatan vaksinasi memicu taruhan mereka pada pembukaan kembali ekonomi.
"Jumlah vaksinasi harian sekarang mencapai sekitar 500.000, jadi kami dapat berharap bahwa pada pertengahan Juli mendatang, kami dapat mencapai tingkat di mana infeksi baru akan turun karena cukup banyak orang yang telah divaksinasi," kata Nobuhiko Kuramochi, ahli strategi pasar di Mizuho Securities, dikutip dari Reuters.
Sementara itu di Korea Selatan, data inflasi yang tercermin pada Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode Mei 2021 menjadi pendorong kenaikan pasar saham Negeri Ginseng, selain dari data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang hasilnya cukup positif.
Berdasarkan data dari Trading Economics dan otoritas setempat, IHK Negeri Ginseng pada Mei secara tahunan tercatat naik menjadi 2,6% dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu di level 2,3% (year-on-year/YoY)
Sedangkan secara bulanan (month-on-month/MoM), IHK Negeri Ginseng pada Mei tercatat turun menjadi 0,1% dari sebelumnya pada April di level 0,2%.
Adapun di Indonesia, IHSG kembali ditutup melesat berkat data aktivitas manufaktur yang tumbuh pesat dan inflasi pada Mei 2021.
Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) Indonesia periode tersebut di level 55,3 atau melesat dibandingkan April yang di level 54,6.
Angka PMI di atas 50 mengindikasikan ekspansi, dan di bawah itu menunjukkan kontraksi. PMI manufaktur bulan Mei tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Republik ini, menggeser angka pada April yang juga sempat menjadi yang tertinggi sepanjang masa.
Selanjutnya Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar.
BPS melaporkan terjadi inflasi 0,32% pada Mei 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Mei 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi tercatat 1,68%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi bulan kelima tahun ini di 0,305% mtm. Sementara laju inflasi dibandingkan Mei 2020 diperkirakan sebesar 1,67%.
Inflasi inti dilaporkan tumbuh 1,37% YoY, sama persis dengan konsensus. Kenaikan inflasi tersebut bisa menjadi indikasi daya beli masyarakat yang membaik.
Di lain sisi, investor di global saat ini sedang menunggu data tenaga kerja AS jelang akhir pekan ini dan hasil bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
