Analisis Teknikal

Dolar AS Lagi 'Dibuang-buangin', Rupiah Menguat Tajam Dong?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 June 2021 08:26
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tipis 0,04% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.275/US$ pada perdagangan Senin lalu (31/5). Kemarin pasar Indonesia libur Hari Lahir Pancasila, dan pada perdagangan hari ini, Rabu (2/6/2021) rupiah punya potensi besar kembali menguat.

Capital inflow menjadi pemicu penguatan rupiah di hari Senin. Di pasar saham investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 774 miliar di pasar reguler.

Sementara dari pasar obligasi kemungkinan besar juga terjadi capital inflow di awal pekan ini, sebab yield Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas mengalami penurunan.

Aliran modal yang masuk ke pasar obligasi pada pekan lalu juga cukup besar. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang lalu, terjadi capital inflow di pasar obligasi sebesar Rp 4,14 triliun.

Sementara pada perdagangan hari ini, rupiah mendapat sentimen positif dari naiknya ekspansi sektor manufaktur Indonesia. Pagi ini, IHS Markit merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI).

Data menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, melesat dibandingkan bulan sebelumnya 54,6.

PMI manufaktur di bulan April tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa, artinya di bulan Mei rekor tersebut pecah lagi.

Terus meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Di sisi lain, dolar AS juga sedang terpuruk. Indeks dolar AS kemarin melemah 0,12% ke 89,923.

Dolar AS tertekan setelah pelaku pasar semakin banyak mengambil posisi jual (short). Data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) yang dirilis Jumat lalu menunjukkan posisi jual (short) dolar AS berada di level tertinggi sejak akhir Februari.

Nilai net short dolar AS pada pekan yang berakhir 25 Mei dilaporkan sebesar US$ 27,89 miliar, naik tajam dibandingkan posisi net short sepekan sebelumnya US$ 15,07 miliar.
Naiknya posisi net short tersebut menunjukkan semakin banyak pelaku pasar yang "membuang" dolar AS sebab diprediksi nilainya akan akan melemah.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR meski menguat tetapi masih tertahan di atas rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.270/US$.

Jika mampu menembus dan bertahan di bawahnya MA 100 maka ruang berlanjutnya penguatan rupiah terbuka cukup lebar.

Target penguatan berada di kisaran Rp 14.240/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang menuju Rp 14.100/US$ di pekan ini.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Foto: Refinitiv

Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski berada di posisi netral.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic saat ini berada di kisaran 50, masih jauh dari wilayah overbought maupun oversold.

Area Rp 14.300/US$ menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.340 hingga Rp 14.350/US$ (kisaran MA 200). Jika MA 200 juga dilewati, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.420/US$ (MA 50).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular