China Melambat, Kurs Dolar Australia Turun ke Bawah Rp 11.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 May 2021 12:10
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah hingga ke bawah Rp 11.000/AU$ di awal perdagangan Senin (31/5/2021). Data yang menunjukkan melambatnya ekspansi manufaktur di China cukup membebani Mata Uang Negeri Kanguru.

Melansir data Refintiv, dolar Australia pagi ini melemah 0,2% ke Rp 10.992,74/AU$ di pasar spot.

Data dari China pagi ini menunjukkan purchasing managers' index (PMI) sektor manufaktur bulan Mei sebesar 51, sedikit lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya 51,1.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Angka di atas 50 menunjukkan dunia usaha tengah dalam fase ekspansi.

China merupakan mitra dagang Australia, dan menjadi pasar komoditas terbesar. Pelambatan ekspansi tersebut artinya ada risiko permintaan bahan baku dari Australia juga menurun. Alhasil, dolar Australia tertekan pada hari ini.

Selain itu, besok akan ada pengumuman kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).

Notula rapat kebijakan moneter bulan Mei yang dirilis pertengahan bulan lalu menunjukkan RBA akan memperhatikan data ekonomi dan kondisi finansial dengan hati-hati, dan memberikan proyeksi kebijakan moneter yang baru pada bulan Juli nanti.

Saat ini program pembelian obligasi (quantitative easing/QE) tenor 3 tahun akan dilakukan hingga April 2024, jika perekonomian masih belum sesuai harapan RBA maka akan diperpanjang hingga November 2024.

RBA akan memutuskan apakah akan memperpanjang atau tidak program pembelian obligasi tenor 3 tahun pada 6 Juli nanti.

RBA juga akan mengumumkan nasib program pembelian obligasi jangka panjang, yang saat ini senilai AU$ 100 miliar dan berlaku hingga bulan September nanti.

"Dewan gubernur bersedia untuk melanjutkan program pembelian obligasi jika bisa membantu bank sentral mencapai target full employment dan inflasi. Kebijakan moneter ke depannya akan tergantung dari data ekonomi dan kondisi finansial di Australia," sebut RBA dalam notula kebijakan moneter.

Pelaku pasar tentunya akan melihat bagaimana pandangan terbaru RBA terkait kondisi ekonomi Australia. Jika RBA semakin menunjukkan optimisme, maka pelaku pasar melihat akan ada perubahan kebijakan moneter pada bulan Juli nanti.

RBA bisa jadi bank sentral pertama yang mengendurkan stimulus moneternya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular