
Tangis Sedih Karyawan Saat Giant Kibarkan Bendera Putih

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Semua gerai Giant akan tutup pada Juli mendatang. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Manajemen PT Hero Supermarket Tbk (HERO).
Pekan ini, melalui keterbukaan informasi yang dipublikasi HERO melalui keterbukaan informasi, perseroan menjelaskan akan mengubah hingga lima gerai Giant menjadi IKEA. Perseroan juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket.
Dalam keterangan resmi, Direktur HERO Hardianus Wahyu Trikusumo, mengatakan alasan perusahaan adalah sebagai respons cepat serta tepat dari perusahaan yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan dinamika pasar, terlebih terkait beralihnya konsumen Indonesia dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, sebuah fenomena yang juga terjadi di pasar global.
"Rencana ini diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan," katanya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (25/5/2021).
Seperti diketahui, dampak pandemi menyebabkan perseroan harus menutup beberapa gerai Giant di wilayah Jakarta dan Depok.
Hadrianus menjelaskan, penutupan beberapa toko tersebut merupakan proses transformasi bisnis perseroan untuk memastikan bahwa kami dapat bersaing secara efektif dalam bisnis ritel makanan di Indonesia.
Pasalnya, ritel makanan telah mengalami peningkatan persaingan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, kinerja bisnis secara keseluruhan juga sangat terpengaruh oleh pandemi yang sedang berlangsung.
Sampai dengan 3 bulan pertama tahun ini, HERO masih mencatatkan kerugian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,64 miliar, lebih rendah dari kerugian di triwulan I-2020 sebesar Rp 43,55 miliar.
Kerugian ini dapat ditekan mengingat perseroan berhasil menurunkan beban usaha menjadi Rp 514,89 miliar dari sebelumnya Rp 774,48 miliar. Sedangkan, dari sisi pendapatan masih terkoreksi 32% menjadi Rp 1,76 triliun dari tahun sebelumnya Rp 2,60 triliun.
Patrik Lindvall Presiden Direktur HERO, dalam penjelasan 30 April lalu menegaskan kinerja keuangan bisnis ritel grocery HERO terus terkena dampak secara signifikan oleh pandemi.
Pembatasan sosial yang ketat, larangan perjalanan domestik dan khususnya, penutupan atau pemberlakuan pembatasan-pembatasan yang ketat di pusat perbelanjaan/mal telah mengubah pola belanja pelanggan secara substansial dan mengurangi jumlah kunjungan pelanggan ke lokasi-lokasi ini.
"Akibatnya, hal ini secara material mempengaruhi kinerja hypermarket sebagai destinasi belanja dalam format besar yang merupakan penyewa utama di pusat perbelanjaan/mal dan merupakan tempat mayoritas dimana area toko-toko Giant berada," katanya.
Viral Video Menangis Karyawan Giant
Kabar penutupan semua gerai ritel Giant pun menjadi perbincangan hangat di media sosial baik Twitter, TikTok, dan Instagram serta Facebook.
Di TikTok pun beredar video unggahan salah seorang karyawan Giant @shinta84.66, pada Selasa kemarin (25/5/2021).
"Akhirnya semua berakhir...RAKSASA tumbang #giantclosing #giant #tutuptoko #closingstore," tulis @shinta84.66 dalam keterangan video. akhirnya semua berakhir ... RAKSASA tumbang #giantclosing #giant #tutuptoko #closingstore ? Di sound ini banyak orang2 kuat - MILKAAAA.
Video ini pun diunggah kembali di akun Instagram @lambepelakor_
Ritel adalah salah satu sektor usaha yang paling terdampak oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Bagaimanapun, bisnis ritel masih mengandalkan penjualan fisik di gerai brick and mortar.
Pandemi membuat aktivitas dan mobilitas masyarakat terbatas, atau lebih tepatnya dibatasi oleh negara. Atas nama memutus rantai penyebaran virus corona, masyarakat tetap diminta sebaik-baiknya #dirumahaja.
Meski 'keran' aktivitas itu sudah dibuka secara bertahap, tetap ada pembatasan. Misalnya, pusat perbelanjaan boleh beroperasi dengan pengunjung maksimal 50%. Jam operasional pun maksimal pukul 21:00.
Minimnya kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan ritel tergambar di data Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google. Jelang Hari Raya Idul Fitri, kunjungan masyarakat meningkat pesat, bahkan melampaui hari-hari normal sebelum pandemi. Namun setelah itu, 'tiarap' maning...
Well, data penjualan ritel memang masih berdarah-darah. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2021 sebesar 187,9. Naik 6,1%dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Namun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), masih terkontraksi 14,6%. Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun.
Prospek penjualan ritel ke depan masih sangat menantang. Ini terlihat dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) yang hanya bergerak tipis-tipis.
IEP untuk tiga bulan mendatang pada Maret 2021 adalah 149, turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 150,5. Penyebabnya adalah berakhirnya musim perayaan Hari Raya Idul Fitri sehingga permintaan masyarakat menurun.
Sedangkan IEP untuk enam bulan ke depan pada Maret 2021 tercatat 151,6, naik sedikit ketimbang Februari 2021 yaitu 151,4. BI menilai pengusaha ritel masih wait and see karena belum adanya aturan baru terkait pembatasan kegiatan masyarakat pada September 2021 (enam bulan lagi).
Oleh karena itu, jangan heran kinerja industri ritel masih penuh tanda tanya. Sepanjang berbagai rambu-rambu larangan kegiatan masyarakat masih berlaku, sulit melihat industri ritel punya masa depan cerah.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tutup Lagi 2 Gerai Giant, Ini Penjelasan Hero Supermarket