
Laba Q1 Turun 56%, Bos Astra Agro Ungkap 2 Pemicu Utamanya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), emiten sawit Grup Astra, menjelaskan alasan yang memicu penurunan kinerja laba bersih pada 3 bulan pertama tahun ini di tengah pandemi Covid-19, kendati kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga mampu menyelamatkan kinerja perusahaan.
Pada kuartal I tahun ini tercatat pendapatan perusahaan naik 5% menjadi Rp 5 triliun dari Rp 4,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu, tapi laba bersih AALI turun 56,22% menjadi Rp 162,43 miliar dari sebelumnya Rp 371,06 miliar.
Direktur AALI Mario Casimirus Surung Gultom menjelaskan penurunan laba disebabkan karena adanya dana pungutan ekspor (levy) progresif di akhir tahun 2020. Selain itu penurunan laba juga adanya kerugian akibat adanya lindung nilai.
"Jadi penurunan laba ini kami melihat bahwa tahun sebelumnya levy itu hanya US$ 55 per ton, tapi dengan adanya levy progresif di akhir 2020, sehingga dari harga [patokan] CIF Rotterdam itu akan dipotong kira-kira 30 - 40% untuk levy," jelasnya dalam Konferensi Pers, Kamis (27/5/2021).
Sebagai catatan, tahun lalu, pemerintah menerbitkan aturan baru tarif pungutan ekspor sawit (levy).
Aturan baru itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/PMK.05/2020 tentang Perubahan PMK Nomor 57/PMK.05/2020 tentang Tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Dalam PMK yang baru diteken pada 3 Desember 2o2, pungutan ekspor CPO (crude palm oil) bisa naik secara berkala menyesuaikan harga referensi sawit. Ekspor CPO dikenakan tarif pungutan sebesar US$ 55 per ton jika harganya berada di bawah atau sama dengan US$ 670 per ton.
Selain itu, dia menjelaskan, penurunan laba juga diakibatkan adanya lindung nilai. Mario mengatakan kinerja pada semester kedua akan lebih baik dari sebelumnya karena biaya lindung nilai akan selesai pada semester I tahun ini.
"Lindung nilai itu akan selesai di semester I, jadi semester II mungkin kita tidak akan ada lagi, kami berharap di semester kedua kami bisa lebih baik dari semester I," jelasnya.
Mario menjelaskan prospek kinerja perusahaan pada tahun ini kemungkinan masih positif walaupun belum bisa membeberkan berapa angka yang dipatok dalam kinerja tahun ini. Dia menjelaskan karena pengeluaran untuk lindung nilai akan selesai pada semester I.
"Dari sisi harga juga mungkin masih baik, walaupun dari pekan terakhir menurun sekarang di pasar spot kisaran RM 3.400 per ton, beberapa waktu sebelumnya RM 4.800," jelasnya.
Dia menjelaskan isu utama dalam industri sawit saat ini adalah pasokan dan permintaan.
Sampai saat ini menurutnya belum ada tanda-tanda suplai akan naik, justru pada akhir tahun akan terjadi peak crop atau titik puncak panen, sehingga harga sawit kemungkinan akan menurun.
Kuartal I-2021
Kinerja teranyar, laporan keuangan kuartal I 2021 menunjukkan laba bersih AALI memang merosot 56,22% menjadi Rp 162,43 miliar di sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, dari laba bersih pada periode yang sama tahun lalu Rp 371,06 miliar.
Pendapatan usaha AALI tercatat naik 4,98% dari Rp 4,79 triliun pada triwulan I 2019 menjadi Rp 5,04 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Tahun lalu, AALI mencatatkan kenaikan laba bersih mencapai 295% menjadi Rp 833,09 miliar, dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp 211,12 miliar.
Kenaikan laba bersih 2020 ini terjadi seiring dengan pendapatan AALI yang juga naik 7,79% menjadi Rp 18,81 triliun dari tahun sebelumnya Rp 17,45 triliun.
Secara rinci, pendapatan minyak sawit mentah dan turunannya naik menjadi Rp 17,37 triliun dari periode tahun sebelumnya Rp 15,93 triliun. Pendapatan inti sawit dan turunannya turun tipis menjadi Rp 1,31 triliun dari Rp 1,35 triliun dan pendapatan inti sawit dan turunannya turun menjadi Rp 127,13 miliar dari sebelumnya Rp 167,73 miliar.
Di sisi lain, dari total pendapatan itu, kontribusi terbesar pendapatan untuk pihak ketiga yakni dari Bunge Asia Pte Ltd mencapai 10,02% atau sebesar Rp 1,88 triliun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Astra Agro Terancam Kehilangan 37.726 Ha Lahan Sawit, Kenapa?