
Volatilitas Tinggi, IHSG Bertahan di Jalur Hijau pada Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama Senin (24/5/2021) dengan bertahan di jalur hijau, setelah sempat bergerak dengan volatilitas yang cukup tinggi.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 5.777,164 atau tumbuh hanya 4 poin (+0,07%). Nilai transaksi tercatat hanya Rp 5,15 triliun dengan 10 miliaran saham berpindah tangan 695.000-an kali.
Pada pembukaan pagi, indeks acuan bursa saham nasional menguat 0,35% ke level 5.793,06 dan sempat mencicipi level psikologis 5.800 pada setengah jam pertama perdagangan, dengan level tertinggi paruh pertama perdagangan hari ini di level 5.802,7. Di penghujung sesi pertama, sebanyak 193 saham naik, 287 melemah dan 241 sisanya stagnan.
Investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 233,5 miliar di pasar reguler, meski di pasar negosiasi ada transaksi jual masif sehingga memicu penjualan bersih (net sell) senilai Rp 125 miliar.
Saham yang mereka buru terutama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai beli Rp 115,3 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 38,1 miliar. Keduanya bergerak berlawanan arah dengan reli saham BBRI sebesar 3,6% menjadi Rp 4.300/unit sementara saham BBCA melemah 0,08% atau 25 poin menjadi Rp 31.775/unit.
Sebaliknya, aksi jual asing menimpa saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) senilai Rp 23,3 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 14 miliar. Saham PGAS anjlok 3,2% menjadi Rp 1.070/saham sedangkan saham BMRI flat di harga Rp 5.825/unit.
Aksi buru saham BBRI tersebut cukup untuk menghijaukan indeks saham sektor keuangan, yang menguat 0,8% atau menyumbang poin kenaikan terhadap IHSG sebesar 16,8 poin. Tiga indeks saham sektoral lain yang menguat adalah sektor energi, infrastruktur, dan teknologi.
Pergerakan saham perbankan yang cenderung variatif ini terjadi di tengah Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang hasilnya akan diumumkan besok. Pelaku pasar memprediksi BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5% yang merupakan level terendah sepanjang sejarah.
Di sisi lain, koreksi terburuk menimpa indek saham sektor material dasar yang anjlok 1,9% dan menyumbang koreksi terhadap IHSG sebesar 11,9 poin. Saham petrokimia menjadi pemicu koreksi di antaranya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang anjlok 4,4% menjadi Rp 7.625 dan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT yang drop 2,9% ke Rp 875/unit.
Selanjutnya, saham pertambangan logam juga menjadi pemimpin koreksi yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang (ANTM) yang anjlok masing-masing sebesar 3,4% dan 1,7% menjadi Rp 4.510/unit dan Rp2.290/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500