Asing Ramai-Ramai 'Cabut', Saham ANTN-INCO-TINS Rontok

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten produsen nikel kompak berguguran pada sesi I perdagangan hari ini, Kamis (20/5/2021). Amblesnya saham-saham tersebut seiring para investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell).

Berikut gerak saham nikel pada sesi I hari ini.

1. Aneka Tambang (ANTM), -3,53%, ke Rp 2.460, net sell Rp 76,76 M

2. Timah (TINS), -3,18%, ke Rp 1.675, , net sell Rp 4,38 M

3. Harum Energy (HRUM), -3,02%, ke Rp 5.625, net sell Rp 2,30 M

4. Vale Indonesia (INCO), -2,38%, ke Rp 4.930, net buy Rp 8,43 M

5. Trinitan Metals and Minerals (PURE), -0,92%, ke Rp 108, net sell Rp 16,10 juta

6. Central Omega Resources (DKFT), -0,62%, ke Rp 161, net sell Rp 15,14 juta

7. Pelat Timah Nusantara (NIKL), +1,02%, ke Rp 990, net sell Rp 49,99 juta

Berdasarkan data di atas, dari 7 saham emiten nikel yang diamati, 6 saham anjlok dan hanya saham NIKL yang melaju di zona hijau.

Adapun saham emiten nikel pelat merah, ANTM, menjadi yang paling anjlok dengan penurunan 3,53% ke Rp 2.460/saham.

Pelemahan ini melanjutkan koreksi pada perdagangan kemarin, ketika saham ANTM ambles 1,92%.

Baca: RI Dapat Durian Runtuh: Emas, Tembaga Hingga Nikel Meroket

Adapun saham ANTM mencatatkan jual bersih asing tertinggi di bursa siang ini, yakni Rp 76,8 miliar, jauh di atas saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang senilai Rp 18,7 miliar.

Dalam sepekan, saham ANTM melorot 8,21%, sementara dalam sebulan terakhir naik 5,13%/

Di posisi kedua ada saham TINS yang tersungkur 3,18% ke RP 1.675/saham. Asing juga ramai-ramai menjual saham TINS sebesar Rp 4,38 miliar pada sesi I ini.

Dengan ini, saham TINS kembali melemah, setelah pada perdagangan kemarin turun 1,42%.

Dalam sepekan, saham TINS anjlok 8,22%, tetapi dalam sebulan terakhir masih naik 6,35%.

Di bawah TINS, ada saham emiten milik taipan Kiki Barki, HRUM, yang terjungkal 3,02% ke Rp 5.625/saham dengan net sell sebesar Rp 2,30 miliar.

Mirip dengan saham ANTM dan TINS, saham HRUM melanjutkan koreksi hari sebelumnya, ketika ditutup merosot 1,28%.

Kendati melemah, saham HRUM masih naik 3,21% dalam 7 hari perdagangan terakhir dan melesat 14,80% dalam sebulan belakangan.

Sebenarnya, saham-saham emiten nikel mendapat sentimen positif berupa melesatnya harga komoditas nikel.

Harga nikel sejak akhir tahun lalu hingga kini terus menanjak naik di atas US$ 16.000 per ton. Di awal 2021 harga nikel di London Metal Exchange sebesar US$ 17.344 per ton, lalu terus menanjak hingga akhirnya menembus rekor tertinggi pada 22 Februari 2021 yang mencapai US$ 19.689 per ton.

Meski setelahnya turun kembali, namun rata-rata masih berkisar US$ 16.000-an per ton dan pada Mei ini menunjukkan adanya perbaikan kembali. Pada 10 Mei harga nikel di LME sempat menyentuh US$ 18.070 per ton, dan pada perdagangan Selasa (18/05/2021), harga nikel menyentuh US$ 18.142 per ton. Kendati, pada perdagangan Rabu (18/5) harga nikel LME kembali terkoreksi menjadi US$ 17.702 per ton.

Namun demikian, harga ini masih lebih tinggi dibandingkan kondisi pada 2020, di mana harga tertinggi pada 15 Desember 2020 yang sebesar US$ 17.650 per ton, namun terendah pada 23 Maret 2020 yang hanya sebesar US$ 11.055 per ton. Adapun rata-rata harga nikel di LME pada 2020 yakni sekitar US$ 12.000-13.000 per ton.

Baca: Harga Nikel-Tembaga Membubung, Pengusaha Tak Genjot Produksi

Berdasarkan data Bank Indonesia, indeks harga nikel membubung menjadi 37,9 pada kuartal I 2021 dari 3,8 pada periode yang sama tahun lalu.

Data Bank Mandiri juga menyebutkan bawah harga nikel pada tahun ini diperkirakan rata-rata akan menyentuh US$ 15.215 per ton pada 2021 dari US$ 13.862 per ton pada 2020.

Dengan memproduksi puluhan juta ton bijih nikel per tahunnya, Indonesia seharusnya mendulang emas dari kenaikan harga nikel ini.

Untuk nickel pig iron (NPI), pemerintah menargetkan produksi dan penjualan sebesar 901.080 ton pada 2021 ini, naik dari realisasi produksi pada 2020 yang sebesar 860.484,35 ton dan penjualan 179.697,18 ton.

Sementara produksi dan penjualan feronikel pada tahun ini ditargetkan naik menjadi 2.107.071 ton dari produksi pada 2020 yang sebesar 1.479.970,98 ton.

Sedangkan untuk nickel matte pada 2021 ini ditargetkan diproduksi dan dijual 78 ribu ton. Sementara produksi nickel matte pada 2020 mencapai 91.704,76 ton dan penjualan 72.845,53 ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bikin Cemas! Harga Nikel Nyungsep Tiba-tiba