Saham Tesla Ambrol 4%, Dow Jones Dibuka Anjlok 347 Poin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
19 May 2021 20:50
A trader works on the floor of the New York Stock Exchange shortly after the opening bell in New York, U.S., July 23, 2018.  REUTERS/Lucas Jackson
Foto: REUTERS/Lucas Jackson

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkapar pada pembukaan perdagangan Rabu (19/5/2021), menyusul berlanjutnya aksi jual besar-besaran terhadap saham teknologi di tengah lonjakan inflasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 347 poin (-1%) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 15 menit memburuk menjadi minus 380,95 poin (-1,12%) ke 33.679,71. S&P 500 melemah 49,5 poin (-1,2%) ke 4.078,29 dan Nasdaq drop 164,85 poin (-1,24%) ke 13.138,78.

Sentimen di sektor teknologi tertekan mengikuti koreksi mata uang kripto termasuk Bitcoin. Bitcoin anjlok melewati level US$ 40.000 untuk pertama kali dalam 14 pekan, dan kini di level US$ 30.500/unit. Dalam sepekan terakhir, menurut data Coinbase, harganya drop 30% lebih.

Pada Selasa, China mengingatkan institusi finansial di negaranya untuk tidak melayani bisnis yang terkait dengan mata uang kripto, sehingga memicu aksi jual mata uang virtual tersebut. Saham Tesla, pemegang Bitcoin, drop 4% di pembukaan.

Saham Microstrategy, perusahaan lain yang juga membeli Bitcoin untuk menyimpan dana tunai perusahaan, ambles hingga 5%. Saham Coinbase, perusahaan bursa mata uang kripto, tertekan hingga 3%.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) merilis nota rapat April pada Rabu, yang memicu kecemasan terkait inflasi. Meski pejabat The Fed mempertahankan kebijakan uang longgar dalam rapat tersebut, mereka mengakui bahwa inflasi bisa naik dalam beberapa bulan ke depan.

Pada Selasa kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average drop 267 poin, S&P 500 melemah 0,9% dan Nasdaq tertekan 0,6% karena koreksi Facebook, Amazon, Apple, Netflix dan Alphabet (induk usaha Google). Indeks saham teknologi tersebut naik 0,8% pada Selasa.

Saham teknologi yang sering disebut sebagai saham berbasis pertumbuhan kian tertekan dipicu kekhawatiran bahwa inflasi dapat memaksa perubahan kebijakan moneter.

"Pertanyaan utamanya bagi pasar sekarang adalah apakah The Fed benar dan kenaikan inflasi hanya bersifat sesaat karena jika ternyata tak sesaat maka efeknya bakal buruk buat investor," tulis pendiri Sevens Report Tom Essaye dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Data Departemen Perdagangan AS kian memperburuk keadaan, di mana penjualan rumah dilaporkan anjlok 9,5% (secara tahunan) menjadi 1,569 juta unit pada April. Angka itu jauh di bawah ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang mengestimasikan angka 1,7 juta unit.

Investor bakal memantau perusahaan yang bakal merilis kinerja keuangan per kuartal I-2021, di antaranya Target, Lowe's, JD.com, dan Cisco Systems.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Nasdaq Pecah Rekor, Wall Street Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular