
Bursa Asia Ijo Royo-Royo, IHSG Bisa Bangkit di Sesi II?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok lagi 0,77% ke 5.788,681 pada perdagangan sesi-I Selasa (18/5/2021), padahal bursa saham Asia sedang berpesta. Kecemasan akan kemungkinan peningkatan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia memberikan tekanan bagi IHGS.
Pasca libur lebaran, pelaku pasar malah dibuat cemas akan virus corona. Sebab, meski sudah dilarang, masih banyak warga yang mudik Lebaran, begitu juga tempat-tempat wisata yang penuh. Hal tersebut tentunya berisiko meningkatkan kasus Covid-19.
Apalagi Singapura, Malaysia, dan Taiwan kembali mengetatkan pembatasan sosial bahkan menerapkan lockdown. Meski demikian, indeks Strait Times Singapura melesat 1,4% hari ini, Taiex Taiwan malah meroket 4,7%. Hanya bursa Malaysia yang melemah tipis 0,01%.
Bursa utama Asia lainnya juga menghijau, indeks Nikkei Jepang melesat lebih dari 2%, meski data menunjukkan perekonomian Negeri Matahari Terbit berkontraksi di kuartal I-2021.
Hang Seng Hong Kong dan Kospi Korea Selatan juga naik lebih dari 1%, dan Shanghai Composite menguat tipis 0,1%.
Pegerakan bursa Asia tersebut memberikan peluang IHSG memangkas pelemahan di perdagangan sesi II.
Dari lantai bursa, sebanyak 160 saham menguat, 310 saham melemah, dan 146 lainnya stagnan. Nilai transaksi pada perdagangan sesi I hari ini mencapai Rp 6 triliun dan investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 270 miliar di pasar reguler.
Tercatat asing melakukan jual bersih (net sell) di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 94 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 37 miliar.
Sementara itu, asing juga melakukan beli bersih (net buy) di saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar Rp 50 miliar dan PT United Tractors Tbk (UNTR) senilai Rp 26 miliar.
Secara teknikal, penurunan tajam IHSG kemarin membuatnya menembus batas bawah pola Descending Triangle di 5.890. Penembusan tersebut menjadi kabar buruk, sebab pola Descending Triangle merupakan pola bearish atau tren menurun.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian bergerak turun tetapi belum masuk dari wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika belum mencapai wilayah oversold maka tekanan turun masih besar.
![]() Foto: Refinitiv |
Tetapi untuk perdagangan sesi II, melihat indikator stochastic pada grafik harian yang sudah oversold IHSG tentunya berpeluang rebound.
Support terdekat berada di kisaran 5.775, selama bertahan di atasnya IHSG berpeluang rebound kembali ke kisaran 5.800 atau lebih tinggi lagi.
Sementara jika support jika dilewati IHSG berisiko merosot ke 5.735 (level terendah 2021 yang dicapai pada 1 Februari lalu).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Pamer Kinerja IHSG, Lebih Cuan dari Negara Tetangga