Saat Kripto Gerak Liar, Ketakutan Membuncah & Siapa Terluka?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang kripto (cryptocurrency) menjadi tren investasi bagi kalangan investor baru di tahun 2021. Pergerakan kripto yang kadang-kadang dapat melejit pun dapat menggiurkan investor, karena potensi 'cual tebal' yang sangat besar.
Namun, beberapa trader yang cukup sukses di pasar kripto pun mulai menyatakan pendapatnya. Salah satunya yakni Brian Cardarella, investor yang sukses jadi miliader dari investasi Dogecoin.
Seperti dikutip CNBC Indonesia dari washingtonpost.com Pria berusia 41 tahun tersebut mengatakan bahwa dia menginvestasikan puluhan ribu dolar awal tahun ini dalam Dogecoin. Saat koin digital yang dibuat pada 2013 berdasarkan meme online tersebut melonjak, dia menyaksikan nilai investasinya sudah melesat US$ 1 juta.
Meskipun terjadi pembalikan baru-baru ini, tapi nilainya masih ratusan ribu dolar.
"Ini seperti wahana roller coaster yang dipenuhi pengunjung emosional," kata Cardarella, seperti yang dilansir dari Washington Post.
Munculnya kripto sejenis yang ada di komputer dan di seluruh Internet serta tidak bergantung pada pemerintah mana pun untuk mengawasinya sering kali dianggap sebagai mode keuangan bagi para spekulan teknologi.
Tetapi pada tahun ini, ia telah melihat jumlah cryptocurrency meledak, mencetak jumlah investor baru yang sukses ditarik oleh potensi keuntungan besar, tentunya budaya yang diliputi humor dan dorongan miliarder selebriti termasuk Elon Musk.
Liarnya kripto bertentangan dengan kekhawatiran dari regulator tentang risiko yang diambil oleh investor biasa dan potensi sistem pembayaran digital yang sebagian besar digunakan untuk memfasilitasi pelanggaran.
Pekan lalu, Komisi Sekuritas dan Bursa AS memperingatkan investor bahwa bitcoin adalah investasi yang sangat spekulatif yang menunjuk pada kurangnya regulasi dan potensi penipuan atau manipulasi.
Cryptocurrency yang sekarang berjumlah hampir 10.000 telah didorong oleh situs yang memungkinkan investor dengan mudah berinvestasi di instrumen digital tersebut, apalagi setelah mendapat guyuran stimulus, tentnya dapat digunakan untuk berspekulasi ketika orang-orang di Amerika Serikat (AS) melakukan aktifitasnya di rumah selama pandemi virus corona.
"Mengapa begitu banyak orang yang terlibat di dalamnya? Namun, Saya tidak akan terkejut jika banyak orang yang berinvestasi di kripto dan menganggap hal itu sebagai satu-satunya investasi mereka." kata Cardarella.
Kripto pada dasarnya adalah aset digital yang memungkinkan orang bertukar informasi atau berinvestasi barang berharga di Internet.
Dalam banyak kasus, mata uang digital dijalankan pada jaringan global komputer yang tidak di bawah kendali langsung bank sentral atau perusahaan.
Mereka mempromosikan pencatatan, memberi pengguna kemampuan untuk secara instan, dan mencatat transaksi mereka di public ledger tanpa perantara yang memperantarai transaksi tersebut.
Beberapa tindak kejahatan siber, seperti serangan ransomware yang meluluhlantahkan Colonial Pipeline, suatu jaringan penyaluran minyak di AS yang memicu kekurangan gas di sebagian besar negara bagian pada pekan lalu, memperbarui perhatian pada penggunaan cryptocurrency untuk memfasilitasi kejahatan.
"Ada ketegangan antara privasi investor dengan hak pemerintah untuk mengetahui perilaku kejahatan," kata Kenneth Rogoff, profesor ekonomi di Universitas Harvard, yang mencatat penggelapan pajak dan pembiayaan aktivitas ilegal di antara tantangan yang ditimbulkan cryptocurrency kepada pemerintah.
Banyak koin digital populer selain Bitcoin memiliki seluruh komunitas pengembang dan wirausahawan yang membangun produk keuangan dan program komputer di atas teknologi. Mata uang lain tidak memiliki kegunaan yang jelas selain untuk trading.
Sementara dalam beberapa hari terakhir, volatilitas pasar kripto cukup ekstrim.
Pada 8 Mei lalu di suatu program TV, Saturday Night Live (SNL), Musk yang menyebut dirinya "Dogefather" tampak meremehkan cryptocurrency dan membuat Dogecoin jatuh lebih dari 30%.
Namun beberapa hari kemudian, Musk kembali berubah pikiran, dengan men-tweet bahwa perusahaan kendaraan listriknya, Tesla tidak akan lagi menerima bitcoin sebagai pembayaran, dengan alasan karena ada dampak lingkungan yang serius.
Setelah Musk melakukan 'cuitan' tersebut, harga Bitcoin pun kemudian merosot hingga 10%, tak hanya Bitcoin, pelemahan juga terjadi di hampir seluruh cryptocurrency.
Pada Minggu (16/5/2021) lalu, Musk menyarankan di Twitter bahwa Tesla mungkin telah menjual atau akan menjual kepemilikan Bitcoin-nya dan membuat harga Bitcoin semakin memburuk.
Selama tiga bulan terakhir, nilai keseluruhan cryptocurrency melonjak 40%, menjadi sekitar US$ 2 triliun.
Seperti yang dijelaskan seperti penyerangan siber dalam bentuk ransomware Colonial Pipeline, pejabat pemerintah belum menyelesaikan ketegangan mendasar di 'jantung' Bitcoin dan cryptocurrency lainnya.
"Ada dua konsep yang sangat berbeda di kripto yang dapat membuat anonimitas di blockchain dan sekaligus memiliki mata uang yang dapat dilacak dan diatur. Menurut saya, itu adalah konsep yang sangat antitesis," kata Alex Reffett, salah satu pendiri East Paces Group, sebuah perusahaan manajemen kekayaan.
"Pemerintah mungkin saja dapat menghancurkan pasar cryptocurrency jika mereka mau, tapi orang-orang yang membuat cryptocurrency semakin unik dan berharga setidaknya sampai taraf tertentu tentunya sangat bergantung pada area yang tidak diatur oleh regulator." tambahnya.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Wait and See, Bitcoin dkk Bergerak Beragam