
Beda Nasib Timur dan Barat, Harga Minyak Malah Menggeliat

Jakarta, CNBC Indonesia - Beda nasib antara dunia belahan barat dan timur tak membuat harga minyak galau bergerak. Tren harga minyak mentah justru mengalami kenaikan dalam satu bulan terakhir.
Negara-negara barat seperti Amerika Serikat (AS), Inggris dan Eropa yang agresif menggenjot vaksinasi perlahan membuka kembali ekonominya. Setelah 4 bulan digembok, ekonomi Inggris dibuka kembali.
Sementara itu di Spanyol dan Prancis, pengetatan sudah dilonggarkan. Di Belanda dan Portugal bahkan perjalanan/travel sudah dibolehkan.
Di Amerika Serikat, negara bagian New York tidak lagi mewajibkan penggunaan masker di sebagian besar ruang publik untuk orang yang sudah divaksinasi Covid-19 secara penuh mulai Rabu, dan wilayah lain juga mulai membuka ekonomi mereka.
Sementara itu negara-negara di kawasan Asia justru sedang berjuang mati-matian untuk menghadapi serangan wabah yang kembali melonjak. Di India, kasus baru terus bertambah hingga sistem kesehatan di Negeri Bollywood kewalahan.
Beralih ke negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, kenaikan kasus infeksi juga memaksa keduanya untuk kembali mengunci perekonomiannya. Mulai Minggu kemarin, Singapura kembali mengetatkan pembatasan kegiatan publik dan akan berlangsung dalam satu bulan ke depan.
Malaysia juga kembali menerapkan lockdown secara nasional mulai 12 Mei lalu hingga 7 Juni. Lockdown ini merupakan ketiga kalinya, setelah Maret 2020 dan Januari 2021. Malaysia kini berada di tengah gelombang ketiga kebangkitan corona.
Nyatanya perbedaan nasib tersebut tak membuat harga minyak tertekan. Justru yang ada malah harga minyak menguat. Pada perdagangan waktu Asia hari ini, Selasa (18/5/2021), harga minyak mentah naik lebih dari 0,35%.
Kontrak minyak mentah Brent naik 0,37% ke US$ 69,71/barel. Untuk kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang juga dikenal dengan sebutan Light Sweet juga naik sebesar 0,39% ke US$ 66,53/barel.
Bagaimanapun juga wabah Covid-19 masih menjadi risiko utama bagi pemulihan ekonomi dan permintaan minyak.
Pembukaan yang terlalu dini hanya akan berakibat fatal. Mobilitas masyarakat yang meningkat juga berpeluang menyebabkan penularan Covid-19 semakin meluas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OPEC+ Bakal 'Kopi Darat', Harga Minyak Dunia Melesat!