
Saham Konstruksi BUMN 'Pesta Pora', BP Jamsostek Masuk ke SWF

Jakarta, CNBC Indonesia - Empat saham BUMN Karya berhasil kembali ke zona hijau pada awal perdagangan pagi ini, Selasa (18/5/2021). Penguatan ini terjadi setelah ada kabar BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek menyatakan akan menempatkan dana di Indonesia Investment Authority (INA) lembaga soverign wealt fund (SWF) milik pemerintah.
Penguatan harga saham BUMN konstruksi terjadi setelah pada perdagangan Senin kemarin (17/5) saham-saham tersebut ambles hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB) 7%.
Berikut gerak keempat saham BUMN Karya, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 09.21 WIB.
Waskita Karya (WSKT), saham +1,99%, ke Rp 1.025, transaksi Rp 4 M
Adhi Karya (ADHI), +1,43%, ke Rp 1.065, transaksi Rp 699 juta
Wijaya Karya (WIKA), +1,11%, ke Rp 1.365, transaksi Rp 2 M
PP (PTPP), +0,42%, ke Rp 1.185, transaksi Rp 4 M
Menurut daftar di atas, saham emiten pembuat jalan tol, WSKT, menjadi yang paling meningkat, yakni sebesar 1,99% ke Rp 1.025/saham. Kendati menguat, asing malah mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp 458,13 juta.
Dengan ini, saham WSKT berhasil rebound dari penutupan kemarin, ketika anjlok hingga ARB sebesar 6,94%. Pada perdagangan Selasa pekan lalu (11/5), sehari sebelum libur lebaran, saham WSKT juga melorot 2,26% ke Rp 1.080/saham.
Dalam sepekan saham ini masih melorot 5,99%, sementara dalam sebulan stagnan.
Kabar teranyar, pada awal bulan ini, Waskita dan anak usahanya yaitu PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI) mencapai kesepakatan restrukturisasi kredit dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB.
Waskita dan Bank BJB menyetujui restrukturisasi kredit modal kerja dengan nilai sebesar Rp 998 miliar.
Restrukturisasi krediti ini terdiri dari relaksasi pembayaran kewajiban pokok utang pinjaman serta relaksasi pembayaran sebagian bunga dengan opsi penyesuaian bila kesepakatan restrukturisasi dengan seluruh kreditur (grand restructuring) nanti dilakukan.
Di bawah saham WSKT, ada saham ADHI yang naik 1,43% ke Rp 1.065/saham dengan catatan transaksi Rp 699 juta. Mirip dengan WSKT, saham ADHI sudah dua kali terbenam di zona merah.
Pada 11 Mei, saham ini ambles 5,06%, kemudian pada Senin (17/5) ditutup ARB 6,67%.
Adapun kinerja keuangan Adhi Karya masih tertekan. Adhi Karya mencatatkan penurunan laba bersih menjadi sebesar Rp 6,74 miliar pada periode kuartal pertama tahun ini. Laba bersih tersebut turun hampir 27% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 9,14 miliar.
Penurunan laba bersih ini imbas dari anjloknya pendapatan perseroan pada 3 bulan pertama tahun ini sebesar 31% menjadi Rp 2,11 triliun dari sebelumnya Rp 3,06 triliun.
Dua saham lainnya, WIKA dan PTPP juga berhasil menguat secara berturut-turut 1,11% dan 0,42% pagi ini.
Saham WIKA berhasil memantul lagi ke atas setelah ARB 6,57% pada Senin dan PTPP berhasil rebound setelah ambles dan ARB 6,72% pada hari yang sama.
Seperti diketahui, BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek menyatakan minatnya untuk ikut berinvestasi pada lembaga sovereign wealth fund (SWF) yang didirikan pemerintah, yaitu Indonesia Investment Authority (INA). Nilai investasi digadang-gadan cukup besar.
Direktur Utama BP Jamsostek, Anggoro Eko Cahyo, mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan manajemen INA untuk menjajaki peluang investasi. Lewat INA, ujar Anggoro, BP Jamsostek akan masuk ke proyek-proyek nasional yang dikuasai oleh pihak INA.
"Dari dana kelolaan BP Jamsostek Rp 490 triliun, kami punya ruang investasi langsung 5% atau sekitar Rp 20 triliun. Jadi kapasitas kami untuk investasi langsung belum advance, makanya kami kolaborasi dengan SWF. Saya sudah sampaikan ke Presiden. Saya juga sudah sampaikan ke Bu Sri Mulyani," kata Anggoro belum lama ini.
Sebelumnya saat rapat dengan Komisi IX DPR, Anggoro pernah mengatakan, BP Jamsostek akan mengubah strategi investasinya di tahun ini. Ada lima strategi investasi yang akan ditempuh untuk menjaga hasil investasi tetap tumbuh. Salah satu strategi investasi yang akan ditempuh adalah masuk ke INA.
"Dengan adanya SWF kami melihat kami bisa berkontribusi kepada Pemerintah di SWF dengan meningkatkan alokasi dan investasi pada instrumen investasi langsung," ujar Anggoro saat itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Saham Konstruksi BUMN, Masih Diobral karena Utang Jumbo