
Sritex & Pan Brothers, Raja Ekspor Tekstil RI Terhimpit Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua pemain besar industri tekstil dan garmen Tanah Air sedang ditimpa sejumlah masalah besar akhir-akhir ini.
Pertama, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) alias Sritex yang memiliki utang yang menumpuk dan beberapa kali digugat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Bahkan, yang terbaru, akibat melewati masa tenggat pembayaran bunga utang, lembaga pemeringkat global Fitch menurunkan rating Sritex dari C menjadi RD (Restricted Default).
Rating Restricted Default ini adalah peringkat utang yang satu tingkat di atas D atau default (gagal bayar).
Kedua, Rabu (5/5), PT Pan Brothers Tbk (PBRX) juga didemo oleh para buruh pabrik perusahaan. Aksi unjuk rasa ini merupakan buntut dari ketidakpuasan para buruh tersebut atas kebijakan perusahaan yang membayar Tunjangan Hari Raya (THR) dengan cara dicicil.
Manajemen Pan Brothers mengaku, kondisi arus kas (cash flow) perusahaan yang terbatas membuat perusahaan menawarkan mekanisme pembayaran THR secara bertahap. Memang, Pan Brothers saat ini juga sedang mengalami problem likuiditas dan terimpit utang.
Fitch Ratings pun menurunkan peringkat Long-Term IDR Pan Brothers menjadi C dari sebelumnya CC.
SRIL-PBRX: Duo Emiten Tekstil yang Rajin Ekspor
Di tengah kemelut ini, sebenarnya Sritex dan Pan Brothers adalah salah satu emiten tekstil yang rajin mengeskpor produk-produknya ke pasar luar negeri.
Sritex tercatat pernah menjadi produsen seragam tentara North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan juga seragam tentara sejumlah negara, termasuk Filipina.
Sementara Pan Brothers juga tercatat sebagai pembuat pakaian dari brand beken seperti Adidas dan Uniqlo.
Menurut laporan keuangan per akhir Desember 2020, porsi segmen ekspor Sritex mengungguli penjualan di pasar lokal.
Ekspor produk Sritex pada 2020 mencapai US$ 762,37 juta atau setara dengan Rp 10,67 triliun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 14.000). Angka ini mencakup 59,44% dari total penjualan perusahaan sepanjang 2020 yang sebesar US$ 1,28 miliar.
Lebih rinci, per 2020 Sritex mengekspor produk benang senilai US$ 295,97 juta, kain jadi senilai US$ 211,72 juta, pakaian jadi sebesar US$ 217,81 juta dan kain mentah senilai US$ 36,87 juta.
Adapun penjualan di pasar domestik sebesar US$ 520,19 juta pada tahun lalu. Rinciannya, penjualan benang US$ 227,60 juta, kain jadi sebesar US$ 125,43 juta, pakaian jadi mencapai US$ 129,40 juta dan kain mentah senilai US$ 37,76 juta.
Dalam laporan keuangan Sritex tersebut dijelaskan bahwa tidak terdapat penjualan kepada pihak berelasi yang melebihi 10% dari jumlah penjualan, sehingga tidak ada rinciannya.
Mengenai ekspor, Sritex tercatat rajin menjual produknya ke pasar Asia, Eropa hingga Afrika.
Pada 2020, ekspor produk tekstil Sritex tercatat terbanyak ke benua Asia, yakni sebesar US$ 448,74 juta. Kemudian, ke pasar Amerika Serikat dan Amerika Latin sebesar US$ 119,13 juta. Lebih lanjut, ekspor Sritex ke Eropa mencapai US$ 113,97 juta.
Tidak hanya itu, perusahaan milik Keluarga Lukminto ini juga mengekspor produknya ke Uni Emirat Arab (UEA) dan benua Afrika sebesar US$ 78,52 juta serta ke Australia sebesar US$ 2 juta.
Setali tiga uang, Pan Brother juga sangat menumpukan penjualan perusahaan ke pasar luar negeri.
Dari total penjualan sepanjang kuartal III 2020 yang sebesar US$ 523,79 juta atau setara dengan Rp 7,33 triliun, penjualan ekspor menyumbang porsi 85,83% atau sebesar US$ 449,59 juta. Sementara penjualan domestik sebesar US$ 75,40 juta.
Adapun secara geografis, pasar Asia menjadi tujuan utama ekspor produk Pan Brothers dengan kontribusi penjualan ekspor sebesar US$ 280,36 juta.
Di posisi kedua disusul oleh benua Amerika dengan nilai penjualan US$ 158,49 juta dan ketiga benua Eropa sebesar US$ 72,28 juta. Adapun pasar ekspor lainnya menyumbang US$ 12,65 juta.
Seperti yang telah disebut di atas Pan Brothers juga dikenal sebagai produsen brand fesyen ternama, Adidas dan Uniqlo.
Per September 2020, penjualan perseroan kepada brands yakni Adidas Sourcing Ltd senilai US$81,69 juta, sedangkan penjualan kepada Uniqlo sebesar US$75,98 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger PKPU Sritex, Separah Apa Saham-saham Emiten Tekstil?