
Bursa Saham Jepang & Korea Melesat, Saat Shanghai Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas berakhir di zona hijau pada perdagangan Kamis (6/5/2021), setelah selama tiga hari pasar saham Asia cenderung sepi karena bursa saham utama ditutup karena libur nasional.
Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup meroket 1,8% ke level 29.331,37, setelah libur panjang dalam rangka Pekan Emas (Golden Week). Indeks Hang Seng melesat 0,77% ke 28.637,46, STI Singapura menguat 0,62% ke 3.173, dan KOSPI Korea Selatan melonjak 1% ke 3.178,74.
Sementara untuk indeks Shanghai Composite China ditutup melemah, setelah libur hampir sepekan. Indeks saham Negeri Panda tersebut ditutup melemah 0,16% ke posisi 3.441,28. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun tipis 0,09% ke 5.970,24.
Penguatan pasar saham Asia terjadi seiring dari optimisme pelaku pasar terkait rilis laporan keuangan perusahaan yang optimis di Amerika Serikat (AS) dan di beberapa negara di Asia.
Selain itu, saham siklikal yang membuat bursa saham AS, Wall Street mayoritas menguat juga menjadi pendorong penguatan pasar saham Asia hari ini.
Saham siklikal tersebut termasuk saham energi yang membuat indeks Hang Seng berakhir melesat, sementara di Jepang, saham teknologi menjadi pendorong indeks Nikkei ditutup meroket hari ini.
Namun, tensi antara China dengan negara-negara barat yang kembali memanas membuat pasar saham di China berakhir di zona merah pada hari ini.
Uni Eropa (UE) pada Rabu (5/5/2021) mengambil langkah-langkah untuk berjaga-jaga terhadap persaingan ekonomi dari China yang dianggap tidak adil, sebuah tanda meningkatnya ketidakpercayaan setelah sanksi negara-negara barat atas pelanggaran hak asasi manusia di China.
"China secara tegas menangguhkan semua aktivitas di bawah Dialog Ekonomi Strategis China-Australia pada hari ini," kata perencana ekonomi negara bagiannya.
Di lain sisi, Perwakilan Dagang AS, Katherine Tai mengatakan pada Rabu kemarin bahwa dia mengharapkan untuk terlibat "dalam waktu dekat" dengan para pejabat China untuk menilai implementasi mereka dari kesepakatan perdagangan "Fase 1" antara kedua negara, dengan hasil untuk mempengaruhi nasib tarif hukuman Washington pada Beijing.
Sementara itu, investor di global, termasuk di Asia akan memantau klaim data awal pengangguran dari Departemen Tenaga Kerja, di mana ekonomi dalam survey Dow Jones memperkirakan angka 527.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
