
Dolar AS Remuk di Asia, Rupiah Terbaik Ketiga

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya sukses membukukan penguatan cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (29/4/2021). Dolar AS remek di pasar Asia hari ini, mayoritas mata uang utama mampu menguat setelah pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) dini hari tadi.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,66% ke Rp 14.400/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Sayanganya, level tersebut menjadi yang terkuat hingga siang ini. Setelahnya rupiah memangkas penguatan dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.445/US$ menguat 0,34% di pasar spot.
Penguatan rupiah cukup besar, tetapi masih kalah dari rupee India yang menguat 0,68% hingga pukul 15:17 WIB, dan menjadi mata uang terbaik Asia hari ini. Di tempat kedua ada baht Thailand yang menguat 0,41%. Rupiah berada di urutan ketiga.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Remeknya dolar AS di pasar Asia terjadi setelah The Fed dini hari tadi menegaskan tidak akan mengubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat. Suku bunga 0,25% masih akan dipertahankan setidaknya hingga tahun 2023, meskipun perekonomian AS diakui tumbuh lebih tinggi ketimbang prediksi.
Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk bicara penghentian pembelian obligasi di pasar. The Fed saat ini membeli obligasi atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) senilai US$ 120 miliar per bulan, artinya itu masih akan terus berlanjut, dan belum akan dilakukan pengurangan nilai pembelian atau tapering.
Pengumuman tersebut membuat indeks dolar AS merosot 0,33% pada perdagangan Kamis, dan pagi tadi sempat turun 0,2% ke 90,424, yang merupakan level terendah sejak 26 Februari lalu.
Namun, indeks dolar AS perlahan bangkit dan sore ini naik tipis 0,05% ke 90,654. Sebab pelaku pasar saat ini menanti data pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2021 yang diprediksi tumbuh 6,5%. Data produk domestik bruto (PDB) tersebut akan dirilis malam ini.
Para ekonom maupun anggota The Fed pun sependapat jika perekonomian AS sepanjang tahun ini akan mencatat pertumbuhan tertinggi sejak 1984.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
