Mantap! IHSG Dibuka Hijau & Kembali ke Level 6.000 Lagi

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 April 2021 09:27
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat pada perdagangan hari ini, Kamis (29/4/2021). Saat dibuka IHSG langsung tembus level psikologis 6.000. 

Indeks acuan saham nasional tersebut bahkan sempat melesat ke 6.017 sebagai level tertingginya. Namun setelah itu apresiasi IHSG terpangkas dan kembali jatuh ke bawah 6.000. 

Hanya saja dua puluh menit berselang setelah pembukaan, IHSG bangkit kembali dan menembus level 6.000. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih di pasar reguler senilai Rp 81,3 miliar hingga pukul 09.20 WIB. 

Dini hari tadi, bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup dengan koreksi. Indeks Dow Jones Industrial Average drop 164,55 poin (-0,48%) ke 33.820,38 karena terseret koreksi saham Boeing. S&P 500 bertambah 3,5 poin (-0,08%) ke 4.183,18. Nasdaq surut 39,2 poin (-0,28%) ke 14.051,03.

Seperti dugaan banyak pihak, Bank sentral AS (Federal Reserve/ The Fed) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter longgarnya dengan menahan suku bunga acuan di area zero lower bound. 

The Fed juga mengakui bahwa inflasi memang naik bersamaan dengan penguatan angka tenaga kerja dan aktivitas ekonomi berkat kemajuan vaksinasi dan kuatnya dukungan kebijakan.

"Dengan capaian inflasi yang nyaman di bawah target jangka panjang, Komite [Pasar Terbuka Federal] membidik inflasi yang berkecukupan di atas 2% untuk beberapa waktu sehingga rerata inflasi 2% di jangka pendek dan panjang masih bergerak di kisaran 2%," tutur Fed dalam pernyataan resmi yang dikutip CNBC International.

Pimpinan bank sentral, lanjut mereka, ingin mempertahankan kebijakan moneter akomodatif hingga semua itu tercapai. Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk bicara penghentian pembelian obligasi di pasar.

Menyambut pernyataan tersebut, indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi harian, tetapi kemudian berbalik melemah setelah Powell mengakui bahwa beberapa harga aset mungkin sudah tinggi dan ada beberapa gelembung kecil atau busa di pasar saham.

"Pertanda apapun yang muncul dalam pernyataan Dewan Gubernur atau di konferensi pers setelah itu mengenai kemungkinan penghentian kebijakan pelonggaran kuantitatif-kapan dan secepat apa-akan menggerakkan pasar saham dan obligasi," tutur Kepala Perencana Investasi Leuthold Group Jim Paulsen, kepada CNBC International.

Namun bagi Indonesia, kabar baik dari The Fed mengenai tak adanya kemungkinan tapering dalam waktu dekat lebih patut diperhatikan. Investor asing berpeluang masuk ke pasar nasional pada hari ini dan mencetak pembelian bersih (net buy).

Selama ini, koreksi bursa saham-yang terjadi bersamaan dengan koreksi pasar obligasi-dipicu oleh adanya kekhawatiran bahwa pelarian modal (capital outflow) bakal mendera negara berkembang termasuk Indonesia jika bank sentral AS mengerem laju pembelian aset di pasar.


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular