Ada DP 0% Effect, Penjualan Sepeda Motor Makin Ngacir

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan sepeda motor pada Maret 2021 mengalami peningkatan signifikan dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan distribusi pabrik ke dealer ini menjadi tanda bahwa permintaan dari konsumen mulai bergeliat.
Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan sebanyak 521.424 unit sepeda motor telah terdistribusi dari pabrik ke dealer. Volumenya meningkat 38% (month on month/mom).
Namun jika dibandingkan dengan bulan Maret tahun lalu volume distribusinya masih lebih rendah 7,2% (year on year/yoy). Apabila dihitung satu kuartal penuh maka volume kendaraan roda dua yang berhasil tersalurkan mencapai 1.293.933 unit atau 17,6% (yoy) dari kuartal satu tahun lalu yang sebanyak 1.570.464 unit.
Data distribusi memang tidak bisa langsung dianggap sebagai penjualan karena seharusnya mencerminkan angka pengiriman sepeda motor dari pabrik ke main dealer.
Namun kenaikan angka distribusi sebenarnya bisa menjadi cerminan bahwa ada geliat permintaan dari konsumen. Tentu saja dengan mempertimbangkan manajemen stok dan turnover di setiap dealer serta jenis produknya.
Adanya peningkatan volume distribusi juga terjadi seiring dengan digelontorkannya stimulus oleh otoritas moneter nasional berupa uang muka (down payment/DP) nol persen.
Meski tidak semua bank atau lembaga keuangan bisa menyalurkan kredit kendaraan bermotor melalui kebijakan ini karena harus memperhitungkan manajemen risiko, tetapi pelonggaran ini diharapkan bisa mendongkrak permintaan terhadap motor.
Berbeda dengan mobil, motor bukan tergolong barang mewah sehingga tidak mendapatkan insentif berupa diskon PPnBM seperti pada mobil. Namun, pembelian sepeda motor kebanyakan juga menggunakan cicilan berupa kredit.
Jika dilihat realisasi kredit kendaraan bermotor mengacu pada statistik perbankan sudah menunjukkan adanya penurunan. Namun penurunannya belum terlalu signifikan. Rerata besaran suku bunga kredit kendaraan bermotor pada kuartal satu tahun lalu mencapai 11,1%. Namun di kuartal terakhir hanya turun menjadi 10,88%.
Tingkat suku bunga kredit memang mencerminkan risiko bagi perbankan atau perusahaan pembiayaan. Namun penurunan suku bunga kredit yang terbilang lambat juga merupakan bagian dari fenomena lag time transmisi kebijakan moneter.
Kombinasi DP nol persen dan penurunan suku bunga kredit seharusnya bisa memacu konsumen untuk membeli motor. Hanya saja harus lebih diwaspadai dari sisi DP dan kredit yang terlalu murah juga bisa membuat kredit yang melesat menjadi bahaya untuk perekonomian.
Itu adalah beberapa insentif yang ditujukan untuk konsumen. Bagi pengusaha, memang tidak ada insentif yang spesifik kecuali relaksasi PPh badan dan biaya listrik.
Tahun ini dengan prospek perekonomian yang lebih baik diharapkan penjualan motor ikut terdongkrak. Tahun lalu penjualan motor terlihat sangat drop. Hal ini jelas tampak pada penurunan volume distribusinya.
Pada tahun 2019, volume kendaraan roda dua yang terdistribusi mencapai 6,5 juta unit. Namun tahun lalu hanya 3,66 juta unit saja. Data distribusi motor bisa menjadi salah satu indikator yang sensitif untuk melihat perkembangan ekonomi.
Saat krisis moneter tahun 1998 terjadi volume distribusi juga anjlok drastis. Bahkan periode recovery-nya memakan waktu 3 tahun. Volume distribusi baru kembali normal pada 2001.
Namun untuk tahun 2008 ketika krisis keuangan global terjadi volume distribusi motor cenderung tak terganggu. Malahan mencetak rekor tertingginya. Hal ini dikarenakan ekonomi Indonesia masih tumbuh positif meski terkena dampak dari resesi global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Harga Jual Masih Mahal, Tantangan Akselerasi Motor Listrik RI
(twg/twg)