Wall Street Dibuka Menguat Tipis Jelang Rilis Kinerja Emiten

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 April 2021 21:23
Trader Gregory Rowe, right, works on the floor of the New York Stock Exchange, Wednesday, Dec. 11, 2019. Stocks are opening mixed on Wall Street following news reports that US President Donald Trump might delay a tariff hike on Chinese goods set to go into effect this weekend. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Senin (26/4/2021), menyusul antisipasi kinerja emiten kuartal I-2021 yang bakal bermunculan pekan ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 95 poin pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 30 menit menjadi 37,4 poin (+0,11%) ke 34.080,91. S&P 500 bertambah 9,6 poin (+0,23%) ke 4.189,8. Nasdaq menguat 42,4 poin (+0,3%) ke 14.059,23. Nasdaq menguat setelah saham Tesla berbalik melesat sebesar 2% jelang rilis kinerjanya hari ini.

Investor mengantisipasi rapat bank sentral AS pekan ini, dimulainya program Presiden AS Joe Biden "American Families Plan" rilis data inflasi dan beberapa rilis kinerja emiten unggulan di AS yang jumlahnya mencapai 30% dari konstituen indeks S&P 500.

Dengan dimulainya pembukaan ekonomi global secara bertahap, saham perusahaan seperti Boeing, Ford dan Caterpillar diharapkan mampu menekan beban. Saham Apple, Microsoft, Amazon dan Alphabet (induk usaha Google) juga akan merilis kinerjanya.

Sebanyak 25% perusahaan AS di indeks S&P 500 melaporkan kinerja kuartal I-2021, dengan 84% di antaranya melaporkan kinerja positif dengan 77% di antaranya membukukan pendapatan di atas estimasi pasar.

Angka 84% tersebut sejauh ini menjadi yang tertinggi sejak tahun 2008, ketika FactSet pertama kali melakukan penghitungan kinerja keuangan emiten. Namun demikian, beberapa kalangan menilai bursa saham telah mencetak valuasi yang tinggi sejak awal tahun.

Rencana Biden menaikkan pajak penghasilan (Pph) atas capital gain menjadi 39,6% masih membayangi pergerakan pasar saham di Amerika Serikat (AS), termasuk juga pasar mata uang kripto. Kebijakan pajak tersebut bakal membuat beban potongan pajak yang dinikmati seperlima investor individu terkaya AS terpangkas rata-rata hingga 20% lebih.

Biden akan mengumumkan detil rencana tersebut dalam rapat dengan Kongres pada Rabu. Rencana itu telah menekan bursa saham AS dan mata uang kripto pekan lalu. Tekanan terutama terlihat di pasar mata uang digital, setelah nilai pasarnya merosot US$ 200 miliar dalam sepekan atau setara dengan Rp 2.900 triliun.

Perencana investasi Evercore ISI Dennis DeBusschere kepada CNBC International menyebutkan bahwa kekhawatiran seputar prospek pertumbuhan ekonomi dan kabar buruk terkait Covid-19 dunia mengakhiri reli indeks S&P 500.

"Pasar tenaga kerja yang membaik secara cepat, yang akan terus berlangsung seiring dengan mulai normalnya ekonomi AS, tidak sejalan dengan kekhawatiran seputar pertumbuhan ekonomi sehingga gap keluaran ekonomi akan ditutup dengan cepat, dan menekan inflasi, imbal hasil (yield) obligasi dan harga aset siklikal," tuturnya dalam laporan riset.

Data Departemen Perdagangan menyebutkan pesanan barang modal non-militer di luar pesawat menguat hanya 0,9% bulan lalu, atau di bawah estimasi Dow Jones yang memprediksi kenaikan 2,2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular