
Emiten Ritel Lippo Jawara, Saat SRIL Dibanting karena Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten tambang mineral Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), berhasil menduduki deretan top gainers pada sesi II perdagangan hari ini, Kamis (22/4/2021).
Sementara, saham emiten tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex dan emiten telekomunikasi PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menjadi 'pecundang' pada perdagangan kali ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound hari ini, setelah di menit-menit terakhir terangkat sedikit. IHSG naik tipis 0,02% ke posisi 5.994,18 pada penutupan sesi II perdagangan Kamis (22/4).
Menurut data BEI, ada 194 saham naik, 297 saham merosot dan 157 saham stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 8,69 triliun dan volume perdagangan mencapai Rp 15,86 miliar saham.
Investor asing pasar saham meninggalkan bursa Tanah Air dengan catatan jual bersih asing mencapai Rp 189,24 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan beli bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 43,90 miliar.
Berikut 5 saham top gainers dan losers sesi I hari ini (22/4).
Top Gainers
Matahari Department Store (LPPF), saham +25,00%, ke Rp 1.925, transaksi Rp 146,8 M
Matahari Putra Prima (MPPA), +24,64%, ke Rp 860, transaksi Rp 148,8 M
Bumi Resources Minerals (BRMS), +10,98%, ke Rp 91, transaksi Rp 77,5 M
Multipolar (MLPL), +8,72%, ke Rp 162, transaksi Rp 110,9 M
Nusa Palapa Gemilang (NPGF), +7,50%, ke Rp 172, transaksi Rp 16,8 M
Top Losers
Sri Rejeki Isman (SRIL), saham -6,86%, ke Rp 163, transaksi Rp 51,1 M
Wismilak Inti Makmur (WIIM), -5,94%, ke Rp 950, transaksi Rp 72,6 M
MD Pictures (FILM), -4,55%, ke Rp 525, transaksi Rp 24,4 M
Smartfren Telecom (FREN), -4,40%, ke Rp 87, transaksi Rp 122,8 M
United Tractors (UNTR), -4,12%, ke Rp 21.550, transaksi Rp 115,3 M
Berdasarkan daftar di atas, saham emiten tambang Grup Bakrie, BRMS, masuk ke dalam jajaran top gainers, setelah melesat 10,98% ke Rp 91/saham. Nilai transaksi BRMS sebesar Rp 77,5 miliar.
Saham BRMS berhasil memantul kembali ke zona hijau setelah kemarin (21/2) turun 1,20% ke Rp 82/saham.
Kenaikan saham BRMS ini diiringi dengan aksi beli bersih investor asing sebesar Rp 1,01 miliar
Kabar terbaru, Bumi Resources Minerals akhirnya menyelesaikan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue dengan memperoleh dana Rp 1,6 triliun. Usai rights issue jumlah saham BRMS meningkat menjadi 93,9 miliar saham.
"Keberhasilan rights issue ini menandakan adanya kepercayaan dari para pemegang saham terhadap perusahaan. Kami akan mengalokasikan sekitar US$ 23 juta dari dana hasil rights issue untuk melakukan pengeboran di beberapa prospek emas di Poboya, Palu," kata Direktur Utama BRMS Suseno Kramadibrata dalam siaran resminya, Senin (19/04/2021).
Dengan begitu, BRMS akan mendapatan tambahan sekitar 15 sampai dengan 20 juta ton cadangan dan sumber daya bijih emas di area tersebut. Hasil pengeboran ini akan disampaikan di kuartal ke IV-2021 dan selanjutnya di kuartal II-2022.
Perusahaan juga mengalokasikan sekitar US$ 5,25 juta dari dana hasil rights issue untuk melakukan pengeboran di beberapa prospek emas dan untuk mengembangkan lokasi tambang emas di Motomboto, Gorontalo.
"Kami juga akan menggunakan sekitar US$ 48 juta dari dana hasil rights issue membangun pabrik pengolahan bijih emas dengan kapasitas sebesar 4.000 ton bijih per hari di Poboya, Palu. Konstruksi pabrik tersebut akan dimulai pada pertengahan tahun 2022 dan diperkirakan akan selesai dan dapat beroperasi di kuartal I-2024," ujarnya.
Berbeda nasib, saham emiten tekstil SRIL malah anjlok dan menyentuh auto rejection bawah (ARB) 6,86% ke Rp 163/saham. Dengan ini saham SRIL sudah terbenam di zona merah selama tiga hari beruntun.
Dalam sepekan salam SRIL ambles 10,93%, sementara dalam sebulan anjlok 23,83%.
Kabar teranyar, PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW) melayangkan gugatan PKPU terhadap pemilik emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), Iwan Setiawan Lukminto dan anak usaha SRIL, PT Senang Kharisma Textil.
Gugatan ini didaftarkan oleh Bank QNB di Pengadilan Negeri (PN) Semarang dengan nomor perkara 13/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN Niaga Smg pada Selasa (20/4/2021).
Hingga saat ini, Kamis (22/4), Iwan dan pihak Sritex belum memberikan pernyataan resmi terkait dengan gugatan PKPU tersebut.
Di balik gugatan PKPU tersebut, Sritex sedang memiliki utang yang akan jatuh tempo dalam jumlah yang cukup besar.
Utang ini berupa pinjaman sindikasi yang rencananya masih akan direstrukturisasi oleh perusahaan, namun hingga saat ini masih belum mendapatkan restu dari Mandated Lead and Arranger Bank (MLAB).
Hal ini diketahui dari keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perusahaan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Utang sindikasi yang dimaksud nilainya mencapai US$ 350 juta atau setara dengan Rp 5,07 triliun (kurs Rp 14.500/US$) yang jatuh tempo pada 2022.
Disebutkan bahwa menurut rencana pinjaman ini akan ditandatangani oleh perusahaan dan MLAB pada 19 Maret 2021 lalu. Namun ternyata perpanjangan pinjaman alias restrukturisasi ini gagal dilakukan oleh perusahaan.
Selain kedua utang ini, secara berturut-turut perusahaan masih memiliki obligasi sebesar US$ 155 juta atau Rp 2,25 triliun jadi akan jatuh tempo pada 2024 dan obligasi sebesar US$ 225 juta atau Rp 3,26 triliun dengan due date (jatuh tempo) pada 2025.
Selain SRIL, saham emiten halo-halo Grup Sinarmas, FREN, juga ambles 4,40% ke Rp 87/saham. Dalam sepekan saham ini turun 3,33%, sementara dalam sebulan naik 10,13%.
Informasi saja, FREN akan melakukan penawaran umum terbatas (PUT) IV dalam rangka penerbitan rights issue. Ditargetkan perusahaan akan memperoleh dana senilai Rp 697,87 miliar dari aksi korporasi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Saham Ini? Tak Perlu Pusing Lihat Tiket Mudik Selangit