Sempat Melemah, Rupiah Akhirnya Menguat ke Rp 14.515/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 April 2021 15:30
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (22/4/2021), setelah sempat masuk ke zona merah. Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah sebenarnya masih lemah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,17% ke Rp 14.500/US$. Setelahnya rupiah sempat melemah tipis 0,03% ke Rp 14.530/US$. Di penutupan perdagangan, rupiah kembali menguat 0,07% ke Rp 14.515/US$.

Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang menguat melawan dolar AS pada hari ini. Hingga pukul 15:07 WIB, hanya won Korea Selatan yang melemah, itu pun tipis 0,07%.
Berikut pergerakan dolar AS malawan mata uang utama Asia.

Fakta nyaris semua mata uang Asia menguat menunjukkan dolar AS sedang tertekan pada hari ini. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS hingga sore ini turun 0,13% ke 91,032 yang merupakan level terendah sejak awal Maret lalu.

Dolar AS masih melemah meski data terbaru menunjukkan perbaikan.

Pada pekan yang berakhir 16 April 2021, pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Negeri Paman Sam naik 8,6% dibandingkan pekan sebelumnya. Ini adalah kenaikan pertama dalam tujuh pekan terakhir.

"Kami memperkirakan permintaan akan tetap kuat. Lapangan kerja yang membaik mendorong peningkatan permintaan perumahan," kata Joel Kan, Associate Vice President di Mortgage Bankers Association of America, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Masih dari sektor properti, pembangunan rumah baru (housing starts) pada Maret 2021 naik 19,4% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,74 juta unit. Ini adalah yang tertinggi sejak Juni 2006.

Kemudian indeks sentimen konsumen pun naik dari 84,9 bulan lalu menjadi 86,5 pada April 2021. Ini adalah angka tertinggi sejak Maret 2020.

Membaiknya perekonomian AS bukan hal yang baru, bank sentralnya (The Fed) bahkan mengakui pemulihan ekonomi AS lebih baik dari prediksi. Meski demikian, Ketua The Fed, Jerome Powell, tetap menegaskan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga 2023. Hal tersebut membuat indeks dolar AS terus melemah.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pemulihan Ekonomi Indonesia Lambar, Rupiah Masih Lesu

Meski berhasil menguat, tetapi rupiah sebenarnya masih lesu, sebab pemulihan ekonomi Indonesia yang masih melambat. Bank Indonesi (BI) Selasa lalu mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Namun, BI menurunkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini menjadi 4,1-5,1% dari sebelumnya 4,3-5,3%.

"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,1-5,1%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode April 2021, Selasa (20/4/2021).

Menurut Perry, satu hal yang membuat pertumbuhan ekonomi lebih terbatas adalah konsumsi swasta. Memang masih ada pertumbuhan, tetapi lajunya lebih rendah ketimbang proyeksi sebelumnya.

Terbatasnya konsumsi, lanjut Perry, disebabkan oleh mobilitas masyarakat yang masih terbatas. Indonesia memang terus menggenjot pelaksanaan vaksinasi anti-virus corona, tetapi bukan berarti sudah tidak ada pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat.

Terbatasnya mobilitas masyarakat masih terus berlanjut, bahkan semakin meluas. Sebab, pemerintah memutuskan untuk kembali memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.

"Berdasarkan hasil evaluasi, pemerintah melanjutkan perpanjangan PPKM mikro tahap keenam tanggal 20 April sampai 3 Mei 2021," kata Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto, Senin (19/4/2021).

Selain itu ada penambahan 5 provinsi yang menerapkan PPKM, yaitu Sumatra Barat, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, dan Kalimantan Barat.

PPKM diterapkan mulai 11 Januari 2021, berlaku selama dua mingguan dan sampai saat ini terus diperpanjang. Selama PPKM masih terus berlangsung, maka mobilitas masyarakat tentunya akan terbatas, sehingga roda perekonomian masih akan berjalan dengan perlahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular