
Terungkap! Rupanya Ini 4 Alasan yang Bikin IHSG Susah Move On

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sebulan terakhir cenderung tertahan dan tidak bergerak jauh dari posisi awal tahun. Pada perdagangan kemarin, Selasa (20/4/2021), IHSG kembali terpuruk turun 0,23% ke level 6.038,32.
Penurunan IHSG hari ini melanjutkan tren koreksi bursa Tanah Air sejak akhir Maret dimana saat itu IHSG diperdagangkan di area 6.300. Sejak ambruk dari level tertingginya di bulan Maret tersebut, IHSG sudah terkoreksi sebesar 4,8%.
Koreksi yang parah ini tentu saja memunculkan pertanyaan dari para pelaku pasar mengapa IHSG terus terkoreksi dan sulit naik?
Berikut berberapa alasan yang bisa menjelaskan lesunya bursa saham Tanah Air:
1. Investor ritel sudah ogah bertransaksi di bursa saham lokal
Investor ritel yang sempat meramaikan bursa pada akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021 nampaknya sudah berpindah haluan dari bursa saham ke pasar mata uang kripto.
Hal ini tercermin dari nilai transaksi pasar modal yang terus turun dimana IHSG sempat diperdagangkan mencapai Rp 20 triliun per hari di bulan Januari. Saat ini nilai transaksi di bursa hanya berada di bawah Rp 10 triliun.
Selain itu berdasarkan data Bappebti, jumlah investor aset kripto per akhir Februari mencapai 4,2 juta orang. Jumlah investor kripto tersebut mengalahkan jumlah investor saham.
Per Februari, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah Single Investor Identification (SID) saham mencapai 2 juta akun atau tepatnya 2.001.288 akun.
Bursa saham yang sedang terkonsolidasi turun dan bursa kripto yang sempat bullish menjadi pemicu investor coronials melarikan dananya ke kripto.
2. Dana asing yang terus keluar
Selain investor ritel, ternyata investor asing juga sedang ogah untuk berinvestasi di dalam negeri. Tercatat pada perdagangan hari ini IHSG sudah melarikan dana sebesar melanjutkan keluarnya dana asing pada perdagangan kemarin.
Bahkan apabila ditarik dalam jangka panjang, dana investor asing yang keluar dalam sebulan terakhir sangatlah fantastis di angka Rp 5,2 triliun sedangkan dalam periode 3 bulan terakhir dana asing yang kabur tercatat lebih jumbo yakni Rp 6,6 triliun.
3. Kinerja keuangan emiten yang melantai di IHSG kurang memuaskan.
Kinerja keuangan emiten-emiten di BEI awal tahun 2021 ini tergolong kurang memuaskan. Hal ini tercermin dari P/E rasio IHSG yang saat ini berada di kisaran 21,81 kali yang masih tergolong mahal dibandingkan dengan SBN RI bertenor 10 tahun yang saat ini diperdagangkan dengan imbal hasil 6,439%.
Di angka tersebut batas toleransi P/E wajar non CAGR investor berada di angka 15,53 kali yang menunjukkan berinvestasi di bursa saham menjadi kurang menarik dibandingkan dengan SBN bertenor 10 tahun.
4. Belum ada sentimen positif tambahan yang kuat
Pasca IHSG tumbang dari level 6.300 karena didera sentimen-sentimen buruk regional, belum ada sentimen positif besar yang dapat menggerakan arah IHSG kembali ke jalur hijau.
Sebelumnya IHSG sempat di dera sentimen negatif dimana salah satu investor institusi raksasa Tanah Air, BPJS Ketenagakerjaan disebut-sebut akan mengurangi porsi kepemilikan saham dan reksadana sahamnya, sehingga ada potensi capital outflow dari pasar modal lokal.
Selain itu rumor tidak efektifnya vaksin Sinovac yang paling banyak dipergunakan pemerintah dalam vaksinasi masal di Tanah Air juga menjadi pemberat gerak IHSG.
Bahkan terbaru Gubernur BI Perry Warjiyo bersama Deputi Gubernur Senior dan Anggota Dewan Gubernur lain dalam RDG BI edisi April 2021 merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada 2021 menjadi 4,1-5,1%. Perkiraan tersebut lebih rendah dari yang sebelumnya yaitu 4,3-5,3%.
"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,1-5,1%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/4/2021).
Saat ini IHSG masih menunggu dorongan kabar baik yang nantinya mampu kembali membuat pasar modal sumringah. Semoga segera datang ya...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000