
Ekonomi China Tumbuh Pesat di Q1-2021, Bursa Asia Pesta Pora

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kompak berakhir menghijau pada perdagangan akhir pekan Jumat (16/4/2021), setelah China merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2021 yang tumbuh pesat dan data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang juga positif.
Tercatat indeks Nikkei berakhir menguat 0,14% ke level 29.683,37, Hang Seng Hong Kong ditutup melesat 0,61% ke 28.969,71, Shanghai Composite China melonjak 0,81% ke 3.426,62, STI Singapura tumbuh 0,53% ke 3.201,76, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,13% ke 3.198,62, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,11% ke 6.086,26.
Pelaku pasar Asia merespons positif terkait rilis data pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh signifikan pada kuartal pertama tahun 2021.
Biro Statistik Nasional (National Bureau Statistic/NBS) China mencatat ekonomi Negeri Panda tumbuh pesat 18,3% secara year-on-year (YoY).
"Kuartal pertama menunjukkan momentum dan stabilitas pemulihan," kata lembaga tersebut.
Realisasi itu sedikit lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar, konsensus Reuters memperkirakan di 19% YoY. Meski begitu, pertumbuhan 18,3% adalah yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu.
Perekonomian China bangkit cukup cepat dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menghancurkan dunia. Terhitung hanya satu kuartal Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif yaitu pada kuartal I-2020. Selebihnya ekonomi terus tumbuh positif bahkan lajunya semakin cepat.
Oleh karena itu, China adalah satu dari sedikit negara yang tidak mengalami resesi (yang ditandai dengan kontraksi PDB selama dua kuartal beruntun). China, bersama Amerika Serikat (AS), kini menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi dunia.
Dari AS, data penjualan ritel juga menunjukkan angka positif, di mana penjualan ritel Negeri Paman Sam periode Maret 2021 melesat 9,8% atau jauh lebih baik dari proyeksi pasar.
Selain itu, Harapan pemulihan ekonomi dunia terbuka setelah Department Tenaga Kerja AS melaporkan klaim pengangguran di AS menyentuh level terendahnya sejak Maret 2020, yang memperkuat momentum penguatan saham.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS terus bergerak melandai dan kini berada di level 1,5886% menyambut data positif tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
