Sedih! Rupiah Catat Rekor Terburuk Dalam 5 Tahun Terakhir

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 April 2021 16:03
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Meski mencatat rekor terburuk dalam lebih dari 5 tahun terakhir, rupiah setidaknya menjadi runner up Asia. Pergerakan mata uang Asia hari ini bervariasi melawan dolar AS, sebagian menguat dan sebagian melemah.

Hingga pukul 15:30 WIB, penguatan rupiah hanya kalah dari rupee India yang menguat 0,48%, dan sama dengan peso Filipina. Namun posisi tersebut tentunya bisa berubah mengingat perdagangan di beberapa negara belum berakhir.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat aliran modal kembali masuk ke negara emerging market dengan imbal hasil tinggi seperti Indonesia, yang membuat rupiah perkasa. Hal ini terindikasi dari penurunan yield obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) hari ini.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, artinya ada aksi beli yang menjadi indikasi capital inflow.

Yield SBN tenor 10 tahun siang ini turun 5,9 basis poin ke 6,510%.

Sementara itu dari pasar saham, di perdagangan hari ini investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sekitar 213 miliar. Sementara dalam 2 hari sebelumnya sekitar 1,2 triliun.

Selain capital inflow, data ekonomi dari dalam negeri juga dirilis bagus.

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2021. Hasilnya jauh lebih baik dari ekspektasi pasar.

BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu adalah US$ 18,35 miliar. Naik 30,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara dibandingkan dengan Februari 2021 (month-to-month/mtm), nilai ekspor Indonesia tumbuh 20,31%.

Sementara impor pada Maret 2021 adalah US$ 16,79 miliar. Tumbuh 25,73% yoy, dan 26,55% mtm.

Dengan demikian, neraca perdagangan periode Maret 2021 mencatatkan surplus US$ 1,56 miliar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 12,085% yoy. Sementara impor diproyeksi naik 6,925% yoy sehingga neraca perdagangan bakal surplus US$ 1,6 miliar.

Ekspor yang tumbuh positif berarti permintaan dari luar negeri mengalami peningkatan, yang tentunya menjadi kabar bagus saat dunia mencoba memulihkan perekonomian dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Sementara jika impor tumbuh positif, artinya perekonomian dalam negeri terus menunjukkan pemulihan. Bahkan dengan impor yang meroket, memberikan gambaran roda bisnis di dalam negeri mulai terakselerasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular