
Sedih! Rupiah Catat Rekor Terburuk Dalam 5 Tahun Terakhir

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (16/4/2021) setelah tidak pernah menguat dalam 6 hari terakhir. Selama periode tersebut, rupiah stagnan 2 hari dan melemah 4 hari.
Meski mampu menguat pada perdagangan hari ini, rupiah tetap membukukan satu rekor terburuk dalam lebih dari 5 tahun terakhir.
Melansir data Refintiv, rupiah pada perdagangan hari ini menguat 0,27% ke Rp 14.560/US$. Meski demikian sepanjang pekan ini rupiah stagnan, dan sebelumnya sudah melemah 8 pekan beruntun. Artinya rupiah secara mingguan, rupiah sudah tidak pernah melemah dalam 9 pekan beruntun.
Catatan tersebut merupakan rekor tidak pernah menguat terpanjang sejak September 2015, saat itu rupiah membukukan pelemahan 15 pekan beruntun.
Yang lebih menyedihkan lagi, rupiah di pekan ini tidak mampu menguat saat indeks dolar AS sedang menurun.
Pada perdagangan kemarin, indeks dolar kembali turun meski sangat tipis 0,01%. Dengan demikian, sepanjang pekan ini indeks dolar AS sudah menurun dalam 4 hari beruntun dengan total 0,52%.
Tren penurunan indeks dolar AS dimulai sejak 31 Maret lalu hingga Rabu kemarin. Selama periode tersebut indeks dolar AS hanya menguat 3 kali saja, total pelemahannya sebesar 1,72%.
Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, pada Rabu lalu yang menyebutkan perekonomian AS memang sudah membaik, dan inflasi juga akan terus naik. Tetapi hal tersebut masih belum cukup bagi The Fed untuk menaikkan merubah kebijakan moneternya, yang masih akan dipertahankan hingga krisis berakhir.
Hal tersebut membuat indeks dolar AS tertekan.
Perekonomian AS memang diperkirakan memimpin pemulihan ekonomi global di tahun ini.
Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) merilis World Economic Outlook edisi April merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi.
Dalam laporan tersebut, IMF memberikan proyeksi yang optimistis terhadap perekonomian global, tetapi tidak untuk kawasan ASEAN, termasuk Indonesia.
Dalam laporan tersebut, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 6%, dibandingkan dengan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu yang sebesar 5,5%.
Amerika Serikat memimpin pemulihan ekonomi. Pada bulan Januari lalu IMF memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,1%, tetapi kini direvisi menjadi 6,4%.
Indonesia sebaliknya, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 4,3%, dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Runner Up Asia Hari Ini
