Sedih! Rupiah Catat Rekor Terburuk Dalam 5 Tahun Terakhir

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 April 2021 16:03
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (16/4/2021) setelah tidak pernah menguat dalam 6 hari terakhir. Selama periode tersebut, rupiah stagnan 2 hari dan melemah 4 hari.

Meski mampu menguat pada perdagangan hari ini, rupiah tetap membukukan satu rekor terburuk dalam lebih dari 5 tahun terakhir.

Melansir data Refintiv, rupiah pada perdagangan hari ini menguat 0,27% ke Rp 14.560/US$. Meski demikian sepanjang pekan ini rupiah stagnan, dan sebelumnya sudah melemah 8 pekan beruntun. Artinya rupiah secara mingguan, rupiah sudah tidak pernah melemah dalam 9 pekan beruntun.

Catatan tersebut merupakan rekor tidak pernah menguat terpanjang sejak September 2015, saat itu rupiah membukukan pelemahan 15 pekan beruntun.
Yang lebih menyedihkan lagi, rupiah di pekan ini tidak mampu menguat saat indeks dolar AS sedang menurun.

Pada perdagangan kemarin, indeks dolar kembali turun meski sangat tipis 0,01%. Dengan demikian, sepanjang pekan ini indeks dolar AS sudah menurun dalam 4 hari beruntun dengan total 0,52%.

Tren penurunan indeks dolar AS dimulai sejak 31 Maret lalu hingga Rabu kemarin. Selama periode tersebut indeks dolar AS hanya menguat 3 kali saja, total pelemahannya sebesar 1,72%.

Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, pada Rabu lalu yang menyebutkan perekonomian AS memang sudah membaik, dan inflasi juga akan terus naik. Tetapi hal tersebut masih belum cukup bagi The Fed untuk menaikkan merubah kebijakan moneternya, yang masih akan dipertahankan hingga krisis berakhir.

Hal tersebut membuat indeks dolar AS tertekan.

Perekonomian AS memang diperkirakan memimpin pemulihan ekonomi global di tahun ini.

Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) merilis World Economic Outlook edisi April merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi.

Dalam laporan tersebut, IMF memberikan proyeksi yang optimistis terhadap perekonomian global, tetapi tidak untuk kawasan ASEAN, termasuk Indonesia.

Dalam laporan tersebut, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 6%, dibandingkan dengan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu yang sebesar 5,5%.
Amerika Serikat memimpin pemulihan ekonomi. Pada bulan Januari lalu IMF memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,1%, tetapi kini direvisi menjadi 6,4%.

Indonesia sebaliknya, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 4,3%, dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Runner Up Asia Hari Ini

Meski mencatat rekor terburuk dalam lebih dari 5 tahun terakhir, rupiah setidaknya menjadi runner up Asia. Pergerakan mata uang Asia hari ini bervariasi melawan dolar AS, sebagian menguat dan sebagian melemah.

Hingga pukul 15:30 WIB, penguatan rupiah hanya kalah dari rupee India yang menguat 0,48%, dan sama dengan peso Filipina. Namun posisi tersebut tentunya bisa berubah mengingat perdagangan di beberapa negara belum berakhir.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat aliran modal kembali masuk ke negara emerging market dengan imbal hasil tinggi seperti Indonesia, yang membuat rupiah perkasa. Hal ini terindikasi dari penurunan yield obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) hari ini.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, artinya ada aksi beli yang menjadi indikasi capital inflow.

Yield SBN tenor 10 tahun siang ini turun 5,9 basis poin ke 6,510%.

Sementara itu dari pasar saham, di perdagangan hari ini investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sekitar 213 miliar. Sementara dalam 2 hari sebelumnya sekitar 1,2 triliun.

Selain capital inflow, data ekonomi dari dalam negeri juga dirilis bagus.

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2021. Hasilnya jauh lebih baik dari ekspektasi pasar.

BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu adalah US$ 18,35 miliar. Naik 30,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara dibandingkan dengan Februari 2021 (month-to-month/mtm), nilai ekspor Indonesia tumbuh 20,31%.

Sementara impor pada Maret 2021 adalah US$ 16,79 miliar. Tumbuh 25,73% yoy, dan 26,55% mtm.

Dengan demikian, neraca perdagangan periode Maret 2021 mencatatkan surplus US$ 1,56 miliar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 12,085% yoy. Sementara impor diproyeksi naik 6,925% yoy sehingga neraca perdagangan bakal surplus US$ 1,6 miliar.

Ekspor yang tumbuh positif berarti permintaan dari luar negeri mengalami peningkatan, yang tentunya menjadi kabar bagus saat dunia mencoba memulihkan perekonomian dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Sementara jika impor tumbuh positif, artinya perekonomian dalam negeri terus menunjukkan pemulihan. Bahkan dengan impor yang meroket, memberikan gambaran roda bisnis di dalam negeri mulai terakselerasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular