
Balas Dendam! Saham WSKT Cs Kompak Menghijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten BUMN Karya menguat pada awal perdagangan hari ini, Rabu (14/4/2021). Penguatan terjadi setelah sejumlah saham tercatat ambles pada perdagangan kemarin, Selasa (13/4).
Berikut gerak saham emiten konstruksi pelat merah pagi ini, pukul 09.27 WIB sebagaimana dirangkum dari data Bursa Efek Indonesia (BEI):
Wijaya Karya (WIKA), saham +%2,19, ke Rp 1.400, transaksi Rp 4 M
Jasa Marga (JSMR), +1,95%, ke Rp 4.190, transaksi Rp 1 M
Waskita Beton Precast (WSBP), +1,06%, ke Rp 190, transaksi Rp 1 M
Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE), +1,00%, ke Rp 202, transaksi Rp 1 M
Wijaya Karya Beton (WTON), +0,68%, ke Rp 296, transaksi Rp 119 juta
Waskita Karya (WSKT), +0,50%, ke Rp 1.010, transaksi Rp 17 M
Adapun dua BUMN karya lain bergerak tak bagus. Saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) minus 0,91% di Rp 1.090 dan saham PT PP Tbk (PTPP) flat Rp 1.230/saham.
Berdasarkan data BEI di atas, saham WIKA menjadi yang paling menguat, yakni sebesar Rp 2,19% ke Rp 1.400/saham. Nilai transaksi saham ini tercatat sebesar Rp 4 miliar.
Kendati menguat, saham WIKA, sama seperti saham BUMN Karya lainnya, masih ambles dalam sepekan, yakni sebesar 3,77%. Dalam sebulan pun saham yang melntai di bursa sejak 2007 ini merosot 16,12%.
Di posisi kedua, ada saham pengelola jalan tol JSMR yang naik 1,95% ke Rp 4.190/saham dengan nilai transaksi 1 miliar. Penguatan ini memutus tren pelemahan JSMR selama tiga hari berturut-turut.
Memang, dalam sebulan terakhir kinerja saham-saham emiten konstruksi pelat merah memang tertekan. Pada Selasa minggu lalu (6/7), saham-saham tersebut sempat
mengalami kebangkitan sesaat, yang tampaknya berhubungan dengan fenomena dead cat bounce.
Dead cat bounce adalah istilah untuk saham-saham yang tiba-tiba bangkit ketika terjadinya tren koreksi yang tajam sebelumnya.
Sebelumnya, dead cat bounce sudah pernah terjadi di saham konstruksi. Tepatnya pada tanggal 8 Februari silam, ketika saham-saham konstruksi beramai-ramai bangkit setelah sebelumnya ambruk parah dari posisi tertingginya dalam 2 tahun terakhir.
Kinerja saham yang jeblok terjadi seiring tertekannya kinerja fundamental emiten-emiten konstruksi pelat merah.
Ambil contoh, WSKT, yang menjadi perusahaan konstruksi pelat merah yang mencatatkan rapor kinerja keuangan paling buruk di antara yang lainnya.
Pada tahun lalu, WSKT membukukan rugi bersih Rp 7,38 triliun. Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba ditahan Waskita yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada tahun 1973.
Ini membuat ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun.
Kabar terbaru, WSKT melakukan divestasi sebagian saham dari dua tol yang dimilikinya kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI. Nilai transaksi tersebut mencapai Rp 2,065 triliun atas ruas tol Semarang-Batang dan Cinere-Serpong.
Hal ini disampaikan perusahaan dalam akun iIstagram resminya @waskita_karya. Pelepasan tersebut dilakukan melalui anak usahanya PT Waskita Toll Road (WTR). Pelepasan ini ditandai penandatanganan Perjanjian Jual Beli Bersyarat (PJBB) antara WTR dan SMI pada Senin (12/4).
Adapun sebelumnya, Waskita telah menyebutkan setidaknya telah mempersiapkan 11 ruas tol untuk diinvestasikan melalui dana abadi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) dengan perkiraan dana yang bisa dikantongi hingga Rp 31 triliun.
Contoh lainnya, WIKA, yang juga mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Laba bersih perusahaan terjun menjadi senilai Rp 185,76 miliar pada 31 Desember 2020 lalu.
Nilai tersebut jauh dari capai perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 2,28 triliun, atau mengalami penurunan hingga 91,87% secara tahunan (year on year/YoY).
Sebenarnya, ada satu sentimen positif terbaru untuk emiten konstruksi pelat merah, yakni adanya pergantian nama jalan tol Jakarta - Cikampek Elevated pada Senin (12/4).
Jalan tol Jakarta-Cikampek Elevated kini resmi bernama jalan Layang MBZ Sheikh Mohamed Bin Zayed. Pergantian nama ini merupakan salah satu upaya diplomasi antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA).
Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan, ini merupakan jalan layang terpanjang di Indonesia mencapai 36 kilometer. Perubahan nama ini guna memperkuat hubungan diplomatic antara Indonesia dan UEA yang telah dijalin lebih dari 45 tahun dari 1976.
"Hubungan kedua bangsa ini makin lama, makin akrab sosial dan kebudayaan di bidang ekonomi. Ekonomi investasi UAE terbesar di Indonesia termasuk di pembangunan infrastruktur dan dukungan Sovereign Wealth Fund (SWF) yang dibentuk beberapa waktu yang lalu," jelasnya dalam Peresmian jalan MBZ Sheikh Mohammed Bin Zayed, Senin (12/4).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh Pandemi 2020! Waskita Cetak Rugi Bersih Rp 7,4 T
