Bursa Asia Finish Menghijau, Shanghai & IHSG Terpuruk

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
13 April 2021 17:30
Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas ditutup menguat pada perdagangan Selasa (13/4/2021), setelah rilis data neraca perdagangan China yang kuat pada Maret 2021, sehingga dapat mengangkat kepercayaan investor dalam pemulihan ekonomi global.

Indeks Nikkei Jepang berakhir melesat 0,72% ke level 29.751,61, Hang Seng ditutup menguat 0,15% ke 28.497,25, STI Singapura terapresiasi 0,44% ke 3.187,90, dan KOSPI Korea Selatan meroket 1,07% ke 3.169,08.

Sedangkan indeks Shanghai Composite China ditutup melemah 0,48% ke 3.396,47 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,36% ke 5.927,44.

Data ekonomi menunjukkan, ekspor China tumbuh kuat pada Maret tahun ini, karena meningkatnya permintaan global seiring dengan kemajuan vaksinasi Covid-19. Sementara pertumbuhan impor mencapai level tertinggi selama empat tahun terakhir, menambah tanda-tanda pemulihan ekonomi yang dapat terjadi di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Menurut Kepala Departemen Kebijakan Moneter di bank sentral China (People's Bank of China/PBoC), Sun Guofeng, seperti yang dilansir dari Reuters Senin (12/4/2021) kemarin, China akan menjaga kontinuitas, stabilitas, dan keberlanjutan kebijakan ekonominya.

Namun, pelaku pasar di China tetap khawatir dan tak percaya dengan pendapat yang diutarakan oleh kepala departeman kebijakan moneter terkait, sehingga pasar saham China berakhir melemah hari ini.

Kekhawatiran investor di China bahwa pemulihan ekonomi dapat mendorong pengetatan kebijakan telah menjadi hambatan yang konsisten di bursa saham China dalam beberapa pekan terakhir, meskipun para pejabat menekankan keberlanjutan kebijakan.

"China harus menghindari kontraksi kredit dan menjaga ekspektasi inflasi agar tidak meningkat," kata penasihat kebijakan bank sentral sekaligus adviser di 21st Century Business Herald, Wang Yiming, dikutip dari Reuters.

Sementara itu di Korea Selatan, saham-saham teknologi yang berakhir melesat pun menjadi pendorong melesatnya indeks KOSPI hari ini.

Saham teknologi ternama di Korea Selatan, Samsung Electronics berakhir melesat 0,96%, sementara saham teknologi SK Hynix melonjak 1,45%, dan saham LG Chem meroket hingga 6,24%.

Setelah mencermati data neraca perdagangan China, saat ini pelaku pasar akan memantau rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan diumumkan sebelum pembukaan pasar Selasa waktu AS.

Diperkirakan, inflasi Negeri Paman Sam akan kembali ke level sebelum pandemi melanda, dan kian meninggi beberapa bulan ke depan.

Jika inflasi terus menanjak maka ekspektasi kenaikan suku bunga akan semakin menguat, dan memukul kinerja keuangan emiten di bursa saham.

Meski The Fed berulang kali menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023, tetapi pasar tidak percaya begitu saja. Jika suku bunga acuan naik, maka daya beli masyarakat akan menurun, begitu juga dengan beban pendanaan korporasi, yang pada akhirnya memukul ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular