
Lanjoot! IHSG Kembali Merangsek ke Zona Hijau Pagi Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka hijau pada perdagangan pagi ini. Dibuka merah tipis 0,03% ke level 6.035,03. Selang 8 menit perdagangan sesi pertama IHSG malah balik terapresiasi 0,31% ke level 6.058,73 pada perdagangan Kamis (8/4/21).
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 1 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 32 miliar di pasar reguler.
Asing melakukan pembelian di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 23 miliar dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 14 miliar.
Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dilego Rp 8 miliar dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dijual Rp 6 miliar.
Hari ini setidaknya ada beberapa negara yang bakal merilis data ekonominya. Pertama adalah Jepang yang bakal merilis data transaksi berjalan dan indeks keyakinan konsumen.
Selain Jepang, bergeser ke Barat ada Prancis yang bakal merilis data perdagangannya dan Jerman yang bakal merilis data ekonomi di sektor manufaktur.
Sementara itu dari dalam negeri sentimen juga datang dari rilis data ekonomi berupa penjualan ritel. Trading Economics memperkirakan penjualan ritel bulan Februari masih akan tertekan tetapi akan lebih baik dari bulan Januari yang minus 16% sendiri.
Selain soal rilis data ekonomi, investor juga perlu mencermati perkembangan vaksinasi di Eropa yang sempat tersendat.
Setelah menuai kontroversi karena menyebabkanorang meninggal akibat pembekuan darah, Italia dan Inggris memutuskan untuk menetapkan batasan umur dan masih akan merekomendasikan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca.
Masih dari Inggris, Negeri Ratu Elizabeth tersebut juga memulai vaksinasi menggunakan produk buatan Moderna. Program tersebut dimulai di Wales.
Di luar itu semua pasar juga harus mewaspadai akan adanya kenaikan dolar AS. Reuters mengadakan polling terhadap ahli strategi valuta asing (valas), dari 56 yang disurvei sebanyak 48 orang atau 85% memperkirakan dolar AS masih akan kuat setidaknya 1 bulan lagi.
Dari 48 orang tersebut, sebanyak 11 orang memprediksi penguatan dolar AS akan berlangsung dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, sementara 16 orang mengatakan akan berlangsung lebih dari 6 bulan lagi.
Rupiah memang layak waspada, sebab survei tersebut juga menunjukkan sebanyak 58% ahli strategi valas memprediksi mata uang emerging market akan tertekan melawan dolar AS dalam tiga bulan ke depan.
Kenaikan dolar AS bisa dibilang mengkhawatirkan karena bisa memicu terjadinyaoutflow.Apalagi Indonesia termasuk negara yang rentan akibat aliran keluar modal asing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500