
Top! Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun & Jadi Juara 2 Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses membukukan hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (7/4/2021). Dolar AS sedang tertekan serta sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah perkasa.
Rupiah terlihat menjanjikan begitu perdagangan hari ini dibuka, tetapi setelahnya penguatan justru semakin terpangkas. Melansir data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,34% ke Rp 14.450/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat pada hingga pertengahan hari ini, rupiah perlahan mengendur.
Selepas tengah hari, rupiah rupiah bahkan sempat melemah tipis 0,03% di Rp 14.505/US$, sebelum akhirnya kembali menguat 0,07% ke Rp 14.490/US$ di penutupan perdagangan.
Meski tipis, penguatan tersebut sudah cukup membawa rupiah menguat 3 hari beruntun. Dalam dua perdagangan sebelumnya rupiah juga menguat tipis-tipis 0,07%.
Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya, rupiah hari ini menjadi yang terbaik kedua. Hingga pukul 15:08 WIB, rupiah hanya kalah dari won Korea Selatan yang menguat 0,13%, di posisi tiga ada dolar Taiwan yang menguat sangat tipis 0,01%, sementara mata uang lainnya melemah.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Dolar AS yang sedang tertekan akibat rilis data tenaga kerja yang menunjukkan rata-rata upah per jam turun 0,1% di bulan Maret. Upah merupakan faktor penting yang bisa menentukan tingkat inflasi, ketika rata-rata upah menurun, maka konsumen akan kemungkinan mengurangi belanja, dan tekanan inflasi menjadi berkurang.
Ketika tekanan inflasi berkurang, maka bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya. Hal tersebut membuat dolar AS tertekan, indeksnya merosot 0,46% pada hari Senin, dan kemarin juga turun 0,28%.
Penurunan indeks dolar AS dalam 2 hari beruntun tersebut membuat rupiah menguat pada hari ini.
Sementara itu sentimen pelaku pasar membaiknya setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global membuat rupiah perkasa. Sebagai mata uang emerging market, saat sentimen pelaku pasar membaik rupiah akan cenderung diuntungkan.
Dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Musim Semi (Spring Meeting), Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini adalah 6%. Naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 5,5%. Jika Produk Domestik Bruto (PDB) dunia benar-benar tumbuh 6%, maka akan menjadi catatan terbaik sejak 1973.
"Meski ada ketidakpastian yang sangat besar karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi jalan keluar dari krisis ini semakin terlihat nyata," tegas Gopinath, sebagaimana diwartakan Reuters.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cadangan Devisa Indonesia Turun Dari Rekor Tertinggi
