Dolar Mulai Bangkit, Penguatan Rupiah Tinggal Tersisa Sedikit

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 April 2021 15:38
rupiah melemah terhadap Dollar
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga berjaya di perdagangan pasar spot.

Pada Rabu (7/4/2021), kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.513. Rupiah menguat 0,04% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Mulai 5 April 2021, kurs tengah BI tidak lagi diumumkan pada pukul 10:00 WIB. BI menilai perubahan ini akan membuat Jisdor lebih kredibel untuk dijadikan acuan.

"Pertama, periode pemantauan transaksi pembentuk Jisdor mengalami perubahan dari semula pukul 08:00 WIB sampai dengan 09:45 WIB menjadi pukul 08:00 WIB sampai dengan 16:00 WIB. Perubahan tersebut membuat Jisdor lebih mencerminkan transaksi spot yang terjadi sepanjang hari.

"Kedua, penyesuaian waktu penerbitan Jisdor dari yang semula pukul 10:00 WIB menjadi 16:15 WIB. Dalam periode penyesuaian waktu operasional pasar valuta asing domestik terkait pandemi Covid-19, rentang waktu perhitungan Jisdor akan dilakukan mulai pukul 09:00 WIB sampai dengan 15:00 WIB dan Jisdor akan terbit pada pukul 15:15 WIB," sebut keterangan tertulis BI.

Sementara di pasar spot, rupiah pun menguat tipis. Kala penutupan pasar, US$ 1 setara dengan Rp 14.490 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kala pembukaan pasar, rupiah berhasil menguat 0,34%. Namun seiring perjalanan, apresiasi rupiah menipis. Bahkan mata uang Tanah Air sempat kehilangan penguatannya.

Masih untung rupiah bisa menguat. Sebab mayoritas mata uang utama Asia tidak bisa berbuat banyak di hadapan dolar AS. Hanya rupiah, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan yang bisa menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15:19 WIB:

Dolar AS yang sempat melorot kini kembali menguat. Pada pukul 15:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) sudah menguat 0,01%.

Awalnya Dollar Index sempat merah karena aksi ambil untung. Maklum, indeks ini sudah melonjak nyaris 3% sejak akhir 2020 (year-to-date).

"Seiring dengan penguatan dolar AS selama satu kuartal terahir, investor sepertinya sudah memiliki alokasi yang berlebih untuk aset berbasis mata uang tersebut. Jadi investor perlu menjual sebagian di antaranya untuk rebalancing," kata Kazushige Kaida, Head of FX Sales di State Bank cabang Tokyo (Jepang), seperti dikutip dari Reuters.

Namun pelemahan ini ternyata cuma blip, fenomena sesaat. Dalam waktu dekat, kemungkinan dolar AS masih dalam tren menguat.

Ini karena semakin hari kebangkitan ekonomi AS semakin terkonfirmasi. Terbaru, Institute of Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) sektor jasa di Negeri Stars and Stripes berada di 63,7 pada Maret 2021. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

Sektor jasa adalah 'jantung' perekonomian AS, dengan sumbangan terhadap PDB lebih dari 70%. Ketika sektor jasa bergeliat, maka niscaya ekonomi secara keseluruhan akan meningkat.

Halaman Selanjutnya --> Federal Funds Rate Bakal Naik?

Ketika ekonomi AS bangkit, penciptaan lapangan kerja kian masif, maka permintaan akan ikut terdongkrak. Tekanan inflasi akan muncul dan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bisa saja merespons dengan mulai mengetatkan kebijakan moneter. Misalnya dengan menaikkan suku bunga acuan.

"Kehadiran vaksin sangat membantu optimisme masyarakat untuk kembali beraktivitas. Belum ada belanja pemerintah semakin besar dengan adanya stimulus. Mungkin The Fed belum melihat ada tanda-tanda percepatan laju inflasi, tetapi pasar sudah melihat itu. Peluang kenaikan suku bunga semakin tinggi," papar Kaida.

Mengutip CME FedWatch, pelaku pasar melihat peluang The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0-25-0,5% pada akhir tahun ini adalah 8,2%. Bahkan pada 20 Maret 2021, probabilitasnya sempat menyentuh 10,9%.

fedSumber: CME FedWatch

Ketika Federal Funds Rate benar-benar naik, maka berinvestasi di aset-aset berbasis doar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obilgasi) akan ikut terkerek. Permintaan dolar AS akan membludak dan nilai tukarnya menguat.

Oleh karena itu, rupiah (dan mata uang lainnya) tetap harus waspada. Dolar AS boleh saja terpeleset hari ini, tetapi besok bisa saja perkasa lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular