Giliran Bad News dari Biden, Ini Pengaruhnya ke Batu Bara

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 April 2021 09:35
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle cenderung anteng pada perdagangan kemarin, Senin (5/4/2021). Harga masih sama dengan penutupan pekan lalu di US$ 91,9/ton.

Jika dibandingkan dengan harga batu bara pada periode yang sama tahun lalu, terjadi kenaikan hingga 50% pada tahun ini. Di bulan April tahun lalu harga kontrak batu bara termal acuan berada di kisaran US$ 60/ton. Sekarang harga batu bara sudah tembus US$ 90/ton.

Batu bara global dan bahan bakar fosil lain sedang diliputi oleh sentimen negatif yang datang dari Presiden AS ke-46 Joe Biden. Pengganti Trump itu punya rencana ambisius yang ingin mengejar target AS bebas emisi karbon 2050.

Langkahnya dicicil dari sekarang dengan adanya proposal pembangunan infrastruktur senilai US$ 2 triliun yang difokuskan untuk transisi ke arah energi terbarukan.

Apa yang paling mencolok dari proposal Biden yang disampaikan di Pittsburgh itu adalah anggaran yang dialokasikan untuk sektor transportasi. Besarannya paling 'gede' karena dianggarkan mencapai US$ 621 miliar.

Proposal Biden tentu saja menjadi sentimen negatif terutama untuk sektor batu bara dan migas di AS yang selama ini masih mendominasi produksi dan penggunaan energi nasional. Namun usulan Biden tersebut juga harus mendapat restu dari pihak legislatif yang saat ini suaranya terpecah. 

Senator dari Partai Republik Roy Blunt, dari daerah pemilihan Missouri, mendesak pemerintah untuk memangkas program tersebut menjadi sekitar US$ 615 miliar dan berfokus pada infrastruktur fisik seperti jalan dan bandara.

Pimpinan Senat Mitch McConnell pekan lalu menegaskan bahwa program Biden tersebut tak akan mendapat dukungan dari Partai Republik dan berjanji akan mementahkannya.

Hanya saja Biden masih besikukuh dan akan terus mendorong program yang diajukannya meski tanpa restu pihak Republikan sebagaimana dikatakan oleh Jennifer Granholm sebagai Menteri Energi AS. 

Namun dampak dari rencana Biden tersebut belum terlalu terasa di pasar karena memang belum ada kesepakatan di tubuh badan legislatifnya. Lagipula jika berbicara tentang nasib batu bara global kiblatnya ya di Asia terutama China dan India.

Sebab itu, proposal Biden memang menjadi sentimen negatif untuk batu bara, tetapi untuk sementara waktu kemungkinannya kecil untuk menekan harga batu bara secara signifikan dalam waktu panjang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terbang 17%, Sampai Kapan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular