
Wall Street Rekor Lagi, Kabar Baik untuk Bursa Asia Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan Selasa (6/4/2021), setelah indeks utama di bursa saham Amerika Serikat (AS) melonjak ke rekor penutupan tertinggi semalam waktu AS atau dini hari waktu Indonesia.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,39%, Shanghai Composite China dibuka tumbuh 0,21%, Straits Times Index (STI) Singapura naik 0,33%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,21%.
Sementara untuk pasar saham di Hong Kong masih ditutup karena sedang libur nasional memperingati hari paskah.
Data aktivitas jasa yang tercermin dalam indeks manajer pembelian (Purchasing Manager' Index/PMI) versi Caixin (Markit) periode Maret 2021 akan dirilis sekitar pukul 09:45 waktu setempat atau pukul 08:45 WIB.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street yang sebelumnya dilanda koreksi pagi waktu setempat akhirnya bernasib mujur. Tiga indeks acuan utama bursa New York kompak ditutup di zona hijau. Penguatannya pun signifikan,
Indeks Nasdaq Composite yang berisikan saham-saham teknologi memimpin penguatan dengan apresiasi sebesar 1,67%. Sementara itu indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing melompat 1,44% dan 1,13%. Dow Jones bahkan tembus rekor tertinggi barunya (all time high).
Saham-saham AS diuntungkan dengan data ketenagakerjaan yang apik. Data Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan terjadi kenaikan angka penciptaan lapangan kerja (non-farm payroll) sebanyak 916 ribu di bulan Maret.
Angka yang dirilis hari Jumat pekan lalu itu jauh lebih baik dari ekspektasi ekonom sebanyak 675.000 slip gaji. Angka pengangguran turun menjadi 6% dari bulan sebelumnya 6,2%.
Katalis positif lain dari kenaikan saham-saham Wall Street karena membaiknya sektor jasa di AS. Indeks aktivitas non-manufaktur (Institute for Supply Management) melonjak ke pembacaan 63,7 bulan lalu. Ini merupakan level tertinggi dalam sejarah survei.
Penguatan pasar ekuitas Paman Sam juga didukung dengan mulai melandainya imbal hasil (yield)obligasi pemerintah AS (US Treasury), kendati masih di angka 1,7%. Sebelumnya yield sempat menyentuh level 1,75% dan lebih tinggi dari imbal hasil dari dividen S&P 500 yang hanya 1,5%.
Kenaikan yield aset minim risiko dan membuat imbal hasilnya yang lebih tinggi dari saham yang relatif lebih berisiko membuat opportunity cost memegang aset berupa saham naik dan menjadi kurang menarik.
Kenaikan yield surat utang negara AS ini tak hanya berdampak pada pasar keuangan AS saja. Namun juga meluas ke berbagai penjuru dunia tak terkecuali negara-negara di Asia, termasuk Indonesia.
Pelaku pasar mulai mengantisipasi kenaikan inflasi dan prospek pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cerah tahun ini akibat kebijakan makro yang masih akomodatif lewat fiskal ekspansif dan moneter longgar serta kecepatan vaksinasi yang dilakukan di Paman Sam.
Melandainya yield juga dibarengi dengan pelemahan dolar AS yang tercermin dari penurunan indeks dolar sebagai tolok ukur posisi greenback terhadap mata uang lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Baik dari AS, Bursa Asia Menguat
