Jamsostek Kurangi Saham, Dapen Malah Nambah & Ini Pilihannya

Market - Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 April 2021 17:17
Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) berencana untuk menambah porsi investasinya ke instrumen saham tahun ini, memanfaatkan kondisi pasar saham yang dinilai masih murah. Namun, untuk pemilihan saham untuk diinvestasikan juga dilakukan dengan cermat sehingga bisa memberikan imbal hasil yang sesuai dengan target.

Ketua ADPI Suheri mengatakan pemilihan saham untuk diivestasikan ini disesuaikan dengan karakteristik investasi dana pensiun yang lebih ke jangka panjang, namun tetap harus likuid.

"Yang pasti karakternya big cap ya, yang LQ45 paling ngga, yang likuid, yang juga punya prospek. Karena khawatirnya kalau saham-saham kecil yang spekulatif itu kan sangat bahaya buat dana pensiun," kata Suheri kepada CNBC Indonesia, Senin (5/4/2021).

Dia menjelaskan, saham-saham yang dpilih adalah saham memberikan imbal hasil hingga dividen yang baik kepada investornya. Dengan karakteristik seperti itu, saham-saham siklikal dinilai kurang cocok dengan investasi dana pensiun.

Sementara itu, untuk pemilihan sahamnya sendiri itu menjadi hal teknis yang ditentukan oleh masing-masing dana pensiun disesuaikan dengan strateginya masing-masing.

Sedangkan untuk surat utang, kata dia, dana pensiun memiliki alokasi investasi yang ditentukan oleh aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dalam POJK nomor 1 /POJK.05/2016 Tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, dana pensiun wajib menginvestasikan 30% dana kelolaannya (asset under management/AUM) di Surat Berharga Negara (SBN).

Lainnya ada investasi di obligasi korporasi. Menurut dia, untuk berinvestasi di instrumen ini diperlukan kehati-hatian sebab makin tinggi tingkat bunga yang ditawarkan maka makin tinggi juga risiko yang harus ditanggung.

Untuk itu, obligasi korporasi yang dipilih minimal harus memiliki rating paling investment grade.

"Ratingnya ada ketentuan kan dari OJK minimum, kalau ngga salah BBB. Kalau kita paling ngga A gitu," kata pria yang juga merupakan Presiden Direktur Dana Pensiun Astra Satu ini.

Adapun sebelumnya dia menyebutkan saat ini kondisi pasar saham justru tengah mengalami perbaikan kinerja sehingga malah menjadi daya tarik bagi dapen untuk menambah porsi investasinya di saham. Namun, diperkirakan penambahan ini tidak akan terlalu besar.

Saat ini, rata-rata penempatan dana kelolaan (asset under management/AUM) dana pensiun yang ditempatkan di saham mencapai 10,06% dan di reksa dana sebesar 5,41%.

Besaran ini memang lebih kecil ketimbang dengan porsi penempatan dana BP Jamsostek di saham dan reksa dana yang masing-masing 12% dan 8%.

Jamsostek telah mantap untuk mengurangi porsi investasi di saham dan reksa dana. Kebijakan ini diambil dalam rangka Asset Matching Liabilities (ALMA) Jaminan Hari Tua (JHT).

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengatakan nantinya porsi investasi tersebut akan dialihkan ke investasi obligasi atau investasi langsung. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko pasar seperti yang terjadi belakangan ini.

"Kami lihat strateginya bisa melakukan perubahan dari saham dan reksa dana ke obligasi atau investasi langsung. Sehingga secara perlahan nanti kami akan rekomposisi aset yang ada untuk meminimalisir risiko pasar yang terjadi seperti saat ini," kata Anggoro dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR, Selasa (30/3/2021).


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Duh! BP Jamsostek Bakal Kurangi Investasi Saham & Reksa Dana


(hps/hps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading