
Ambles! IHSG di Bawah 6.000 & Asing Keluar Rp 500 M Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat dibuka menguat pada perdagangan sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup di zona merah dengan melemah 0,68% ke level 5.970,29.
Data perdagangan mencatat sebanyak 190 saham menguat, 301 melemah dan 153 lainnya stagnan. Nilai transaksi hari ini kembali menyusut menjadi Rp 8,2 triliun. Tercatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 594 miliar.
Investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 413 miliar. Selain di saham BBCA, asing juga tercatat menjual saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 198 miliar.
Sedangkan beli bersih dilakukan asing di saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang dikoleksi sebesar Rp 25 miliar dan di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 20 miliar.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan dolar AS masih menjadi sentimen negatif bagi pasar saham Indonesia. Kombinasi keduanya bisa membuat pasar saham mengalami koreksi dan mata uang negara berkembang termasuk rupiah terdepresiasi.
Kenaikan lanjutan yield obligasi dan dolar AS berpeluang besar untuk memicu terjadinya outflow dari pasar modal RI. Ketika outflow terjadi secara besar-besaran maka rupiah akan menjadi tumbal.
Sentimen kedua yang juga perlu menjadi perhatian pelaku pasar adalah perkembangan proposal infrastruktur senilai US$ 2 triliun. Menurut ekonom jika proposal ini disetujui Kongres maka bisa meningkatkan output perekonomian AS sebesar 0,5 sampai dengan 1 poin persentase.
Namun rencana Biden tak bisa dibilang mulus, lawan Biden tak hanya para produsen minyak di Paman Sam tetapi juga kongres yang suaranya terpecah. Beberapa Demokrat dan aktivis lingkungan khawatir momentum ini tak bisa dimanfaatkan untuk membawa perubahan.
Beberapa anggota Partai Republik yang menentang paket bantuan pandemi Biden juga mengutuk tujuan presiden untuk memasukkan kebijakan iklim ke dalam undang-undang infrastruktur.
Di sisi lain rencana Biden untuk menaikkan pajak juga menuai pro dan kontra. Biden juga berencana untuk menaikkan tarif pajak perusahaan AS menjadi 28% dari sebelumnya sebesar 21% yang ditetapkan di masa Presiden Trump tahun 2017 lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500