Andai Dibuka Hari ini, Mungkin Rupiah Bisa Menguat Tipis Lho

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
02 April 2021 17:30
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Ilustrasi rupiah dan dolar AS (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan, termasuk pasar mata uang dalam negeri pada pekan ini berakhir pada Kamis (1/4/2021) kemarin atau ditutup lebih awal. Ini karena ada momen libur memperingati Jumat Agung sebelum Hari Raya Paskah.

Jika pasar mata uang masih dibuka pada Jumat (2/4/2021) hari ini, ada kemungkinan rupiah berbalik menguat tipis atau cenderung stagnan. Pasalnya, beberapa mata uang di Asia yang masih dibuka perdagangannya hari ini mayoritas menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Adapun mata uang Asia yang masih diperdagangkan hari ini adalah yuan China, yen Jepang, won Korea Selatan, dan baht Thailand.

Posisi terakhir rupiah pada penutupan perdagangan spot kemarin (1/4/2021) adalah Rp 14.520/US$. Ini merupakan kali pertama rupiah tembus di level ini di sepanjang tahun 2021.

Nilai tukar rupiah kembali tembus Rp 14.500/US$. Dalam sepekan terakhir rupiah keok di hadapan dolar AS. Rupiah terdepresiasi 0,76% di hadapan greenback.

Sementara itu, mata uang Asia yang masih dibuka hari ini mayoritas menguat melawan sang greenback. Hanya baht Thailand saja yang melemah terhadap greenback.

Rupiah di akhir 2020 berada di level Rp 14.040/US$ sementara di akhir kuartal I-2021, Rabu (31/3/2021), berada di Rp 14.520/US$ artinya mengalami pelemahan 3,42%. Jika melihat tabel "klasemen" mata uang dunia berhadapan dengan dolar AS yang dihimpun Refinitiv, rupiah berada di urutan ke-21.

Dibandingkan mata uang utama Asia, rupiah masih lebih baik dari won Korea Selatan di urutan ke-23, baht Thailand di urutan ke-25, dan yen Jepang yang berada di posisi 33 dengan pelemahan 6,7%.

Rupiah masih kalah dari rupee India yang melemah tipis 0,1% yang berada di urutan ke-9, kemudian dolar Hong Kong dan yuan China berturut-turut di posisi 11 dan 12 dengan pelemahan 0,3% dan 0,4%.

idrFoto: Refinitiv


Dolar Taiwan, dolar Singapura, hingga ringgit Malaysia juga lebih baik dari rupiah. Tetapi pada intinya semua mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS di kuartal I-2021.

Penyebab dolar AS makin perkasa di kuartal I-2021 tak lain adalah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury). Yield obligasi (Tresaury) AS tenor 10 tahun naik ke atas 1,7% dan berada di level tertinggi sejak Januari 2020.

Yield Treasury tersebut berada di level sebelum virus corona menjadi pandemi, dan bank sentral AS (The Fed) belum membabat habis suku bunganya serta mengaktifkan kembali program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan pada Maret 2020.

Ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan, serta kenaikan inflasi membuat pelaku pasar melepas Treasury yang membuat yield-nya naik.

Alhasil, selisih (spread) yield Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Dengan status Indonesia yang merupakan negara emerging market, menyempitnya selisih yield membuat SBN menjadi kurang menarik, sehingga memicu capital outflow yang pada akhirnya menekan rupiah.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang tahun ini hingga 29 Maret lalu, terjadi capital outflow sebesar Rp 26 triliun di pasar obligasi. Pada periode yang sama, nilai tukar rupiah melemah lebih dari 3%.

Menurut ekonom senior Chatib Basri, kondisi sekarang dinamakan tantrum without tapering alias pembalikan atau gejolak sudah terjadi padahal The Fed tidak menaikkan suku bunga acuan. Hal ini bisa terhenti atau tidak sangat bergantung pada kekuatan The Fed menjaga pergerakan pasar.

The Fed, kata Chatib, mungkin akan mengambil langkah dengan intervensi pada yield Treasury. Caranya Bank Sentral membeli surat utang jangka panjang dari pasar. Tujuannya agar yield tidak terlalu tinggi.

"Kalau dilakukan maka ekspektasi inflasi bisa dikendalikan, itu berarti The Fed harus beli bond jangka panjang, harus stabilisasi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (24/3/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular