
OPEC+ Bikin Deal Produksi, Harga Minyak Langsung Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah ditutup dengan apresiasi cukup signifikan pada perdagangan kemarin, Kamis (1/4/2021). Kebijakan para produsen yang tergabung dalam OPEC+ untuk secara bertahap meningkatkan produksi direspons positif oleh pasar.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 2,08% ke US$ 64,86/barel. Di saat yang sama harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) melesat 3,87% ke US$ 61,45/barel.
OPEC+ yang terdiri dari OPEC, Rusia dan sekutu lainnya, setuju untuk mengurangi pembatasan produksi sebesar 350.000 barel per hari (bph) di bulan Mei, 350.000 bph lagi di bulan Juni dan lebih lanjut 400.000 bph atau lebih di bulan Juli.
Berdasarkan kesepakatan Kamis (1/4/2021), pemotongan yang diterapkan oleh OPEC+ akan sedikit di atas 6,5 juta bph mulai Mei. Selama ini para kartel telah memangkas produksi hampir 7 juta bph dan Arab Saudi melakukan pemangkasan produksi sukarela tambahan sebesar 1 juta bph.
Melansir Reuters, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan dalam pertemuan itu bahwa dia memperkirakan permintaan minyak global tumbuh 5-5,5 juta bph tahun ini. Novak mengatakan dia berharap persediaan minyak global akan kembali ke level normal dalam dua hingga tiga bulan.
Namun, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa pasar masih jauh dari kata pulih. OPEC+ sendiri telah memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyaknya untuk tahun ini sebesar 300.000 bph menjadi 5,9 juta bph karena maraknya karantina wilayah terutama di Benua Biru.
Minyak mentah menjadi salah satu komoditas dengan kenaikan harga yang paling ciamik tahun ini. Pada kuartal pertama harga minyak sudah naik lebih dari 20%.
Kenaikan harga minyak diakibatkan oleh sentimen vaksinasi Covid-19 secara masal, stimulus jumbo bernilai triliunan dolar di AS hingga yang terakhir adalah pemotongan produksi oleh para kartel yang tergabung dalam OPEC+.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Harga Minyak Dunia Terbang Tinggi ke US$ 90, Ini Pemicunya