IHSG Banyak Temannya! Bursa Asia Jatuh, Hang Seng Ambruk

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
31 March 2021 17:03
Investors look at computer screens showing stock information at a brokerage house in Shanghai, China September 7, 2018. REUTERS/Aly Song
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia kompak ditutup melemah pada perdagangan Rabu (31/3/2021), di tengah rilis data aktivitas manufaktur dan jasa China yang mulai kembali pulih.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,56% ke level 29.268,88, Hang Seng Hong Kong merosot 0,7% ke 28.378,35, Shanghai Composite China terkoreksi 0,43% ke 3.441,91, STI Singapura terperosok 0,8% ke 3.165,34, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,28% ke 3.061,42.

Sementara untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup anjlok 1,42% ke level 5.985,52 pada perdagangan hari iniĀ di tengah serbuan sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.

IHSG berakhir terkoreksi parah 1,42% menjadi 5.985,52 terlempar dari level psikologis 6.000 setelah sempat ambruk 2,94% di level 5.892,64.

Data BEI mencatat, nilai transaksi bursa terhitung tipis, yakni sebesar Rp 12 triliun, sedangkan investor asing mencetak penjualan bersih (net sell) Rp 1,03 triliun di pasar reguler.

Dari sentimen luar, aktivitas manufaktur di China, yang tercermin di indeks manajer pembelian (Purchasing Manager' Index/PMI) kembali berekspansi pada Maret 2021.

Berdasarkan data dari National Bureau of Statistics (NBS) dan Trading Economics, PMI manufaktur China tumbuh menjadi 51,9 pada Maret 2021, dari sebelumnya di angka 50,6 pada Februari 2021.

Capaian itu lebih baik dari ekspektasi analis dalam polling Reuters yang memperkirakan angka 51. Artinya, pelaku usaha manufaktur China kian optimistis karena angka 50 ke atas mengindikasikan ekspansi sedangkan di bawah itu menandakan kontraksi aktivitas operasi.

Bursa saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), yang ditutup melemah pada perdagangan Selasa (30/3/2021) waktu setempat, akibat kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan di tengah tingginya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS di level 1,73%.

Ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan, serta kenaikan inflasi membuat pelaku pasar melepas Treasury yang membuat yield-nya naik.

Di lain sisi, investor juga akan memantau detil rencana program infrastruktur Presiden AS Joe Biden yang akan diumumkan malam nanti (WIB).

Paket bernilai US$ 3 triliun tersebut akan membantu menggerakkan perekonomian. Pelaku pasar juga menunggu rilis data penggajian sektor swasta versi ADP, yang menjadi indikator pulih-tidaknya ekonomi AS saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular