Margin Call di AS Bikin Geger, Rupiah Kena Getahnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Tanah Air pun lesu di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (30/3/2021), kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.481. Rupiah melemah 0,33% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Di pasar spot, rupiah juga merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.450 di mana rupiah melemah 0,07%.
Dari dalam negeri, rupiah terbeban oleh tingginya permintaan valas korporasi. Jelang akhir kuartal, kebutuhan valas memang tinggi karena ada kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya.
Rupiah jadi banyak dilepas untuk ditukar dengan valas, utamanya dolar AS. Faktor musiman ini yang membuat rupiah melemah.
Namun tidak hanya faktor domestik, sentimen eksternal juga tidak mendukung rupiah. Situasi di pasar keuangan dunia sedang tidak pasti, terlihat dari berbagai mata uang utama Asia yang juga melemah di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:01 WIB:
Halaman Selanjutnya --> Ada Kasus Ditengarai Berdampak Sistemik di AS
Pasar keuangan dunia sedang dilanda kecemasan gara-gara Archegos Capital yang terkena margin call. Archegos tidak mampu menyediakan tambahan jaminan saat broker memintanya.
"Inilah yang terjadi di lingkungan penuh spekulasi, Anda akan menemukan hal-hal yang salah. Ketika orang-orang mulai menaruh uang di aset yang naik beberapa waktu lalu, arah angin berubah dan mereka 'terbakar'. Pertanyaannya, seberapa besar leverage yang mereka gunakan?" tegas Richard Bernstein, CEO Richard Bernstein Advisors, seperti dikutip dari Reuters.
Nah, ada kekhawatiran situasi di Archegos bakal berdampak sistemik. Nomura dan Credit Suisse disebut-sebut sebagai kreditur Archegos dalam perdagangan di pasar derivatif, sehingga dua bank kelas 'paus' itu tentu akan kena getahnya.
Khawatir terhadap dampak sistemik itu, investor kemudian 'membuang' saham-saham perbankan di Wall Street. Harga saham Citi ambles 1,97%, Goldman Sachs terkoreksi 0,51%, JPMorgan minus 1,55%, Morgan Stanley rontok 2,63%, Bank of America terpangkas 0,96%, dan Well Fargo ambrol 3,32%.
Melepas aset-aset berisiko, investor kembali ke pelukan aset aman alias safe haven. Namanya adalah dolar AS.
Akibatnya, dolar AS kembali menguat. Pada pukul 09:36 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%.
"Dolar AS menguat karena peningkatan permintaan terhadap aset aman. Investor takut dan mencoba menghindar dari efek domino Archegos," ujar Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payments yang berbasis di Toronto (Kanada), seperti diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
