
Bursa Asia Pesta Pora, Shanghai-Hang Seng-Nikkei Jadi Juara

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia berakhir semarak pada perdagangan akhir pekan Jumat (26/3/2021), setelah sempat diterpa kekhawatiran seputar kenaikan kembali kasus Covid-19 di beberapa negara, terutama di benua Eropa.
Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup melonjak 1,56% ke level 29.176,69, Hang Seng Hong Kong berakhir terbang 1,57% ke 28.336,43, Shanghai Composite China meroket 1,63% ke 3.418,33, STI Singapura menguat 0,52% ke 3.157,95, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,09% ke 3.041,01.
Sementara untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengakhiri pekan ini dengan gemilang, di mana indeks bursa saham acuan RI tersebut ditutup meloncat 1,19% ke level 6.195,56.
Melemahnya bursa saham Asia yang terjadi selama sekitar 4 hari belakangan akhirnya dimanfaatkan oleh investor untuk kembali memborong saham-saham tertentu, di mana saham-saham teknologi dan saham-saham siklus di Asia menjadi incaran investor dan membuat bursa saham Asia berakhir cerah bergairah pada hari ini.
"Ini adalah reaksi dari penurunan tajam pekan ini," kata Takashi Hiroki, kepala strategi di Monex Securities, dikutip dari Reuters.
Di Jepang, saham teknologi pembuat uji chip, Advantest meroket hingga 4,65% dan saham Sony melesat hingga 2,48%.
Sementara di China, saham otomotif Great Wall Motor Co. Ltd. meroket hingga 9,99% dan saham Shanghai Electric meroket hingga 5,34%.
Selain reli saham teknologi di Asia yang kembali terjadi, pendorong penguatan bursa saham Asia lainnya adalah rilis data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan hasil positif.
Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan jumlah klaim tunjangan pengangguran di Negeri Adikuasa tersebut tercatat 684.000 pada pekan lalu. Turun drastis 97.000 dibandingkan dengan pekan sebelumnya dan menyentuh titik terendah sejak Maret 2020.
Data ini menunjukkan bahwa perlahan tetapi pasti AS mulai pulih dari dampak pagebluk virus corona yang memporak-porandakan seluruh sendi kehidupan. Kini pandemi mulai terkendali karena vaksinasi terus digalakkan sehingga 'keran' aktivitas dan mobilitas publik bisa dibuka secara bertahap.
Sentimen dari pekiraan terbaru Bank Dunia (World Bank) terkait pertumbuhan ekonomi China juga menjadi sentimen positif bagi bursa saham Asia, di mana Bank Dunia menunjukkan ekonomi China akan berkembang sebesar 8,1% tahun ini.
Namun, kekhawatiran akan prospek kenaikan imbal hasil (yield) obligasi global masih akan terjadi. Dalam jajak pendapat Reuters menunjukkan aksi jual pasar obligasi kemungkinan akan masih terjadi dalam tiga bulan ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
