Restrukturisasi Kredit BRI Melandai, Nilainya Kini Rp 189 T

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
25 March 2021 17:55
Agen BRILink Ini Buktikan Bahwa Masyarakat Perkotaan Membutuhkan Kehadiran Agen Bank. (Dok: BRI)
Foto: Agen BRILink Ini Buktikan Bahwa Masyarakat Perkotaan Membutuhkan Kehadiran Agen Bank. (Dok: BRI)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyatakan nilai restrukturisasi kredit akibat dampak pandemi Covid-19 trennya terus menunjukkan penurunan.

Menurut Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, nilai outstanding restrukturisasi kredit BRI pada Maret 2020 mencapai Rp 219 triliun dan kini sudah berkurang sebesar Rp 30 triliun menjadi Rp 189 triliun per posisi Februari 2021.

"Pada Februari 2021 angkanya di Rp 189 triliun, jadi kelihatan di situ membaik, sudah mengalami penurunan Rp 30 triliun dengan jumlah 2,71 juta debitur yang sebagian besar UMKM," ungkap Catur, dalam konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2021 secara virtual, Kamis (25/3/2021).

Pada kesempatan sama, Direktur Manajemen Risiko Bank BRI Agus Sudiarto menambahkan, puncak restrukturisasi kredit terjadi pada September 2020 dengan jumlah debitur yang terdampak hampir mencapai 3 juta nasabah dengan outstanding kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 193 triliun.

"Angka ini terus menurun sejak Oktober, konsisten terus turun sampai Desember, bahkan di Januari dan Februari, untuk UMKM terus menurun," beber Agus.

Meski demikian, pada periode Januari sampai dengan Februari, terdapat beberapa debitur di segmen korporasi yang mengalami peningkatan restrukturisasi kredit.

"Karena beberapa debitur korporasi yang sudah diputus di periode Desember, tetapi secara legally documented baru dilakukan di Januari dan Februari. Perkembangan ini semoga konsisten sampai akhir tahun, sehingga nanti di akhir Desember, total portofolio yang kami restrukturisasi karena Covid bisa turun," tandasnya.

Dalam kesempatan terpisah, meskipun restrukturisasi kredit melandai, namun pertumbuhan kredit perbankan masih menunjukkan pelemahan.

Wadirut BRI Catur Budi Harto/Screenshot RUPST Virtual 25 Maret 2021Foto: Wadirut BRI Catur Budi Harto/Screenshot RUPST Virtual 25 Maret 2021
Wadirut BRI Catur Budi Harto/Screenshot RUPST Virtual 25 Maret 2021

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan pertumbuhan kredit hingga Februari 2021 masih berada pada posisi -2,15% secara tahunan (year on year/YoY) dengan outstanding kredit mencapai Rp 5.419,1 triliun.

Angka ini tidak lebih baik jika dibanding dengan bulan sebelumnya yang terkontraksi 1,92% YoY dengan outstanding Rp 5.391,7 triliun.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan turunnya nilai kredit ini disebabkan karena turunnya saldo kredit dari 200 debitur besar di Indonesia terutama karena rendahnya permintaan kredit modal kerja.

"Kredit growth rendah, minus bahkan di Januari ini masih, Februari masih minus sekitar 2%," kata Wimboh.

"Kenapa karena debitur besar, ada 200 debitur besar balance kreditnya turun karena modal kerjanya tidak memerlukan sebesar sebelum Covid. Tapi ini ga masalah, nanti kalau demand naik pasti butuh modal kerja banyak," kata Wimboh dalam talkshow Temu Stakeholder Untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (25/3/2021).


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! BRI Bagi-bagi Dividen Rp12,1 T, Setor ke Negara Rp6,8 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular